Prefentive ilmu pelet. 8 Februari 2014 pukul 8:59 Hidup di kota (besar) adalah hidup dimana kepentingan personal meninggi dan parame...

Ilmu Pelet

Prefentive ilmu pelet.

8 Februari 2014 pukul 8:59
Hidup di kota (besar) adalah hidup dimana kepentingan personal meninggi dan parameter bersosial ‘sepertinya’ berada dilevel yang agak rendah. Istilah keren orang jakarta nya “elu elu, gue gue.” Banyak hal yang selalu dikaitkan dengan uang (materi). Dalam kata lain, akan sangat gampang sekali muncul sebuah pertanyaan dasar. Keuntungan pribadi apa yang diperoleh setelah berbagi sesuatu..?
Persaingan yang ketat membuat kesempatan jarang ada yang terbengkalai atau lolos dari intaian-intaian ‘pemburu’ materi. Tidak siap dengan strategi alam nyata. Masih ada alternativ alam ghaib berupa jimat-jimat dan aneka pelet. Pelet ? yah, pelet. Percayalah dibeberapa bagian kota besar yang metropolis alternatif seperti itu masih sering terjadi.




Dalam sebuah perjalanan menaiki angkot, saya pernah mendengar cerita salah seorang penumpang yang merasa diserang guna-guna berupa sakit kepala aneh yang mendadak muncul. Bahkan saya pernah mendengar obrolan disebuah radio komunitas, kaum bapak2 yang ngomong serangan politik ghaib. (saat itu sedang pemilihan camat atau caleg begitulah)

Sebuah kisah.
Ada seorang teman yang berjualan sembako, bertetanggaan dengan penjual bakso. Suatu hari penjual bakso membeli banyak kerang dan memasaknya. Kata seorang teman : Sepanjang sejarah pertetanggan, saling berbagi makanan (seperti di kampung-kampung) amat jarang terjadi. Dan entah karena apa tiba-tiba saja sang tetangga memberi semangkuk kerang gulai untuk  teman-teman di toko sembako. Mendapat pemberian ini, teman sembako merasa heran.

“hai, kenapa ini ?! kok tiba-tiba ngasi makanan?”  barangkali seperti itu kalau dibahasakan.

Takut kena pelet atau guna-guna. Semangkuk kerang itu hanya tergeletak di atas meja. Tak dimakan... (ups, Cuma aku yang makan).

Sebuah kisah lanjutan...
Kali ini aku yang mengalami. Dalam perjalanan pulang ke kosan di suaty malam. aku mampir ke toko buah dan membeli beberapa buah-buahan untuk cemilan. Sebelum sampai di kos-kosan aku mampir ke toko grosir langganan untuk membeli beberapa botol air mineral (baru seminggu jadi pelanggan). Aku langganan disini karana beliau adalah orang medan. sesumatra juga, sama seperti aku.
Aku sedang mengunyah buah salak saat itu, sembari memberikan uang pembayaran kepada pemilik toko. Owner toko nyeletuk.

“makan apa ?” tanya dia berbasa-basi

“oh, salak nih. Mau ?” tersenyum manis sambil meletakkan sebiji salak  di telapak tangan nya.

Salak di lihat...

“oh, saya kurang suka bla bla bla.....”  lalu salak yang sebiji itu diberikan ke tukang ketoprak...

[suasana hening]

Hatiku pedih.

“Itu salak enak Nantulang.....! ” jerit ku dalam hati.

Menyebalkan, ada kisah selanjutnya lagi....

Sebenarnya ini bukan kisah, ini tak lain adalah hasil liputan para jurnalis di teve. Teman-teman barangkali sudah pernah melihat berita-berita pembiusan menggunakan makanan dan minuman yang terjadi di kota-kota (besar). Mungkin juga teman sudah pernah tau secara AWAM bagaimana Standar Operasional Prosedur cara kerja ilmu pelet yang menyusup melalui makanan pemberian orang ? atau tepukan dan jabat tangan hiptotis kriminal yang sering diberitakan? Ya. Semua berita-berita buruk itu telah menciptakan pola prefentive tertentu bagi sebagian masyarakat urban di kota (besar).

Note :
Kasian juga orang yang niat iklash memberi namun pemberiannya dikira macem-macem. Seperti cerita salak ku itu.
Setelah membaca catatan ini  =: Utamakan Berfikir Positip :=

Penulis : Mohammad Zahri
08 feb 2014

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete