Gersangnya dunia akhir-akir ini yang cenderung berdebu sering membuat cacing tanah batuk-batuk karna tanah tak lagi menyisahkan sedikit ai...

Rindu gemuruh

Gersangnya dunia akhir-akir ini yang cenderung berdebu sering membuat cacing tanah batuk-batuk karna tanah tak lagi menyisahkan sedikit air untuknya, semut-semut yang lucu di dalam tanah juga jadi gerah tak betah  menemani ratu-ratu mereka di liang-liang bumi,  bahkan danau-danau yang dulu indah di dekat tempat kerja ku tak layak ku katakana danau lagi, sejujurnya aku merindukan danau-danau itu, kami dulu menyebutnya “telaga biru”  sebuah realitas alam telah merubahnya menjadi “gurun”, gurun dengan tanahnya yang retak-retak kekeringan. Aku khawatir kepada ikan-ikan disana, kemanakah mereka bermigrasi? Punahkah mereka ? wallahu’alam…!

kali ini aku yang sedang terserang sejenis flu menikmati sejumput sajian pemandangan langit di tepi atmosfer.  aku menemukan  langit sedang  menampilkan satu warna, hanya sekawanan cumulonimbus kelabu menggumpal di sana.
Dari dapur ku yang sederhana aku duduk menopang dagu, sedikit tersenyum sembari memandang langit.
Aku tak sendiri, kali ini aku di temani oleh semut, kucing, dan ayam tetangga, seekor tupai datang menatap langit bersama kami, namun ia hanya bergabung sebentar mungkin anaknya telah kelaparan di sarang.
Semut melirik ke arah ku
“Apakah kali ini langit akan menangis ya…?” Tanya-nya bisu kepada ku.

“Kalau langit tak menangis, bumi-lah dan beberapa mahluk yang menumpang di dalamnya yang akan menangis “ jawab kucing dengan “meongan-nya” yang syahdu.

Aku dan ayam tersenyum…..

Lalu kami semua  menatap langit kembali,

kali ini sebuah erangan menggelegar lembut di ankasa siang..!
oh, bukan eranganan…!
Itu adalah tawa langit yang melihat kami duduk berbaris bersama memandanginya,
ia adalah “paman gemuruh…!”

“Gluduggluduggludug……. “

Suaranya  bagaikan drum raksasa yang mengelinding..

Entah kenapa, aku menyukai suara itu, tepatnya aku merindukan suara itu, aku berharap teman-teman ku si semut, ayam dan kucing juga merindukan suara itu.
Sudah lama tanah ini tak tersiram, sudah letih atap-atap rumah menahan guyuran matahari, mengapa kemarau begitu betah di musim ini, kemanakah sang musim hujan? Apakah ban sepeda nya kempis sehingga ia terlambat datang ?
Pertanyaan itulah yang di renungkan ayam disamping ku…
Namun kali ini tampak nya sang hujan akan menyapa…!
Gemuruh sering menandakan langit akan menangis,
Lalu,
Pikiran ku tiba-tiba mudik mengingat sebuah kelas geografi di kelas 1 SMA dulu. Kata guru georgafiku ku di SMA, gemuruh terjadi akibat kilatan yang muncul dari “perkawinan” awan-awan ber ion positif dan ion negative yang melahirkan “petir “ bukan “pete”…!seperti telinga kita ketahui sendiri petir adalah suara yang sangat tinggi yang terdengar segera setelah terjadi kilat. Kecepatan kilat dapat mencapai lebih dari 60000 meter/detik, dan memanaskan udara yang dilalui sampai lebih dari 30.000 oC. Karena pemanasan tersebut udara mengembang dengan sangat cepat seolah-olah meledak dan timbul suara letupan yang sangat tinggi alam menamainya dengan istilah “paman gemuruh”.  [wallahu’alam]
Aku akan ketakutan jika paman gemuruh membesarkan volume suaranya, ia akan tampak merepet jika suaranya menggelegar mengerikan seolah “memarahiku karna tak banyak bersyukur kepada tuhan atas umurku yang terus berkurang, atau ia seolah memarahiku karna tidak terus menerus memperbaiki diri, tertipu oleh nafsu dan beku  terperangkap dalam lemari es nya syaithan.”
Tapi kali ini paman gemuruh tak sedang marah, suaranya lembut, sekali lagi aku sangat menikmatinya, suaranya bahkan lebih lembut dari “bryan adams ketika ia berkicau please forgive me”.
Tak lama setelah itu, setetas air jatuh di dahi kucing, ia terkejut, matanya yang bulat besar  berkedip
Lalu ayam menepi ke dekat dinding di samping ku, di ikuti oleh sang kucing…
Si semut yang sejak tadi berada di samping ku berjinkrak-jingkrak girang, ia sangat ingin sekali mandi hujan tapi kucing melarang nya, khawatir jika nanti ia bisa mati hanyut tenggelam terseret air.
Bau hujan mulai tercium, sebenarnya itu adalah bau tanah kering yang tersiram air langit, kami melihat koloni rumput bersyukur kepada tuhan, kamipun tak mau ketinggalan bersyukur kepada tuhan yang member nikmat hujan.
Nabi mengabarkan bahwa hujan adalah salah satu komponen keberkahan..!
Rintik-rintik air mulai bercucuran agak lebat, si semut makin girang, ia memanjat dinding di sampingku untuk melihat hamparan alam yang sedang berbahagia, semut berharap semakin tinggi ia memanjat maka makin luaslah cakupan pandangan-nya.
Tiba-tiba aku nakal, aku  ingin mengganggu nya, setelah ia berada di jarak yang lumayan tinggi, aku berdiri dan menurunkan nya..
Ketika ia berada dalam jepitan tangan ku, semut berontak, ia menjerit sejadi-jadinya, nyaring  sekali dalam kebisuan-nya, kakinya yang kecil menendang-dendang jariku, semut sangat gusar, ia menjerit meminta tolong kepada ayam agar ayam mematuk kaki ku ….!
Ayam hanya  tertawa geli
Seperti tawa geli mu itu, yang sudah selesai membaca tulisan ini……………:)
senyum mu itu manis sekali kawan….!
Kami…,
Maksudnya aku, ayam, kucing, dan semut terpana dengan senyum -mu itu…!
terimakasih,

 “Betapa kata-kata memiliki kekuatan yang luar bisa, kalau kalian mampu menyusun kata-kata itu dengan indah, bukan saja kalian mampu membuat karya yg luara bisa, tapi kalian juga bisa membuat orang lain tergetar dengan apa yang kalian tulis, atau kalian ucapkan.”
[Julian balia]
Guru sastra SMA andrea hirata di belitong.

Wasalam
sumber foto : google


www.muhammadzahry.blogspot.com

0 komentar: