Babi hutan yang mengamuk akan menabrak apa saja, kami Terbirit –
birit di kejar babi hutan, di kejar anjing dengan taring yang
mengerikan, menjerat burung jalak liar di limbah kelapa sawit,
tenggelam di sungai yang keruh dengan tiga siung lintah menempel di
tubuh, memanjat pohon kelapa, berburu burung “trocok” masuk
kerimba perkebunan kelapa sawit dan tersesat terlunta-lunta sementara
segerombolan monyet liar mengawasi kami dengan tatapan yang mengerikan….
Itulah sekelumit masa kecilku yang sarat akan petualangan, belasan tahun yang lalu, aku hidup di sebuah desa kecil bernama BLOK 10…!
Apa menurutmu nama kampungku itu keren ?
Jika belum keren, ia masih punya cadangan nama lain lagi,
“Alue Geutah”…!
Alias “Tripa Alue Geutah” bin “Tripa Blok 10”
Sebagai kehormatan,
aku membolehkan kalian memilih mana saja yang kalian sukai…
Dan kenyataan memilukannya adalah kau sedang membaca tulisan anak kampung itu….!
Blok 10 adalah sebuah desa (tepatnya komplek perumahan) dengan rumah-rumah beton berwarna putih, bertipe sederhana dengan dua kamar, komplek perumahan ini bebaris di sempanjang sisi jalan raya Alue bilie - Blang Pidie, sebuah desa di kecamatan Darul Makmur kabupaten Nagan Raya Nanggro Aceh Darusalam.
Perumahan sederhana dengan pohon cery tumbuh di depan kebayakan halaman rumah warganya, kampung tersebut cuma punya dua baris deretan rumah disisi kanan dan kiri jalan raya.
Setiap dua rumah akan bergandengan menjadi satu, jika di izinkan mengilustrasikannya maka, maaf kalian terpaksa melihat ilustrasi sederhana sekenanya berikut ini (_00_00_00_00_) begitulah kira-kira dua rumah berdempetan lalu ada ruang kosong di sisinya dan dua rumah berikutnya kembali bergandengan.
Perumahan ini dibangun perusahaan perkebunan kelapa sawit nomor wahid di kabupaten kami. Ada banyak kampung perumahan yang di bangun di berbagai daerah oleh perusahaan ini, tidak hanya di Nagan Raya bahkan sampai ke aceh tamiangpun mereka punya divisi-divisi dan hektaran lahan.
kampung kami adalah salah satu diantara kampung-kampung yang dibangun oleh mereka. perumahan itu di sediakan perusahaan untuk karyawan-karyawan perkebunannya, ayah dan ibuku merupakan salah satu di antara karyawan perkebunan kelapa sawit itu.
Aku yakin CPO yang konon melimpah di aceh sebagian besar muncul dari perusahaan ini, kelapa sawit adalah pohon yang sudah sangat familiar di sini, aku dan teman-temanku dari kecil hingga besar hidup di perkebunan kelapa sawit,
Bahkan beberapa foto yang menempel di dinding rumahku mempunyai background kelapa sawit.
kelapa sawit bagaikan nadi kehidupan bagi kami.
Aku dan teman-teman lainnya bisa kau sebut sebagai anak kebun,
“Hmmmm……”
Agar kami lebih keren dan kelihatan sedikit tajir,
Bolehlah aku sebut untuk kali ini saja julukan kami dengan…
“Anak komplek perkebunan…..!”
Ku rasa ada image yang sedikit terbangun jika kami sebut gerombolan kami dengan istilah diatas…
Tidak banyak orang kaya disana, kebanyakan orang yang kaya adalah para petinggi-petinggi di perusahaan ini, orang tua ku dan orang tua teman-teman ku, bukan termasuk para petinggi, jadi tenang saja kami bukan dari golongan elit….!
Di kecamatan kami sebenarnya banyak komplek perumahan sejenis yang di bangun perusahaan di berbagai lokasi, namun yang membuat komplek perumahan kami berbeda dengan yang lain nya adalah jalan raya. Kami berada di sisi jalan raya, walaupun beberapa ayam dan kambing peliharaan warga banyak yang “khatam” di jalan raya tersebut asbab di lindas truck, tapi jalan raya memberikan efek modernisasi tersendiri untuk kampung ini, beberapa akses publik lebih mudah kami datangi.
Sawit menjadi icon tersendiri bagi kabupaten kami, Sawit-sawit ini telah dikelola sejak lama sekali, beberapa generasi telah berkembang biak disini, di kampungku para orang tua kami umumnya adalah generasi ke dua atau ketiga, kebayakan kakek-nenek di generasi awal adalah para transmigran yang berasal dari pulau jawa, sudah turun temurun merekai bekerja di perusahaan peninggalan belanda yang makin tua di terjang waktu ini, perusahaan ini memiliki ribuan hectare lahan yang terawat dengan baik.
Raksasa kelapa sawit ini menamai dirinya dengan nama PT.SOCFINDO.
Ia punya sebuah logo perusahaan yang sederhana.
Logo nya adalah sebuah lambang dolar, seperti ini “$”….!
sangat sederhana bukan..?!
warna kebesaran PT.SOCFINDO yaitu “kuning tua”…! Banyak peralatan-peralatan nya yang di cat kuning. Mobil truck pengangkut buah kelapa sawit juga berwarna kuning.
Terkait logo yang cuma lambang dolar sebijik yang agak diruncingkan itu, menurut-ku team marketing perusahaan ini tidak susah-susah melakukan strategi branding mati-matian untuk logo ini. Dari bentuknya, jelas sekali, menurut anailisis ku yang ku anggap lebih canggih dari anak-anak TK, filosofi “$” itu berkaitan dengan meraup dolar sebanyak-banyaknya.
Bukan hanya ayah dan ibu ku, bahkan almarhum kakek ku juga telah bekerja di situ, dan aku bertekad tidak mau menjadi generasi ke tiga yang lahir dan menguap busuk disana, aku punya ide lebih luas dari beribu-ribu hektar lahan mereka, yaitu merantau sejauh-jauhnya, menjelajah dunia, menimba khazanah ilmu yang membentang “di luar sana dunia menunggu ku” seperti itulah pekikan heroik dalam diri yang coba terus ku pelihara….!
menurut legenda, perusahaan itu sudah muncul ketika kumpeni belanda datang untuk “mengasuh” negeri kita. Beberapa artefak bangunan-bangunan belanda masih bisa kau jumpai di beberapa tempat walaupun sudah agak jarang.
Sebagian bangunan itu kian angker dengan makin bertambah usianya, walaupun bernilai sejarah tak pernah kulihat “sebiji pun” sejarawan datang untuk meneliti atau mencatatnya.
Di antara bangunan yang masih tersisa adalah sumur-sumur tua di semak-semak belukar yang tampak begitu menyeramkan, tapi ini masih hipotesis ku bahwa itu buatan belanda, aku belum melakukan penelitian mendalam tentang ini, yang jelas mereka bertaburan di sembarang tempat, tapi aku lebih menyukai yang berada dekat dengan SD ku, aku memanfaatkan nya untuk kebutuhan akademik….!
“Hah…? “
“Kebuthan akademik ? “
tentu kalian bertanya-tanya bagaimana mungkin sumur tua punya korelasi yang pas untuk di kaitkan dengan kebutuhan akademik ….??
Begini ceritanya…..
“Dulu….”
Ketika pelajaran IPS, saat ibu guru menjelaskan peristiwa G-30 S PKI pada episode lubang buaya, imajinasi ku melesat terbang bersama sekumpulan burung jalak yang kami jerat mengunjungi sumur itu. Setidaknya sumur itu telah membantuku memahami materi “lubang buaya” dalam pelajaran IPS sehingga aku dapat menghasilkan angka 6 di raport ku…!
“Menakjubkan bukan ??”
Anak-anak desa seperti kami tak begitu peduli dengan resiko…
Setiap hari kami tidak miskin dengan petualangan seru yang menggelikan di sekitar perkebunan kelapa sawit, perang-perangan di pinggir sungai dengan tanah liat adalah permainan air yang ku sukai, walaupun aku menyukai permainan air, kemampuan ku dalam berenang amat payah kawan..!
aku hanya menjamah air yang memiliki kedalaman setinggi dada...
Dalam permainan perang-perangan air ini seringnya aku menggunakan teknik menyelam sembunyi di dalam air beberapa detik,rencana nya merayap sembunyi-sembunyi dan mengejutkan lawan secara tiba-tiba dengan muncul secara mendadak di dekat markas-nya,
Dan ketika kepalaku keluar dari air,
eng -ing -eng....!
Tentu saja..!
CEPLAK…..!!!
Setumpuk tanah liat menghajar kepala ku, itu adalah serangan lawan,
sakit sekali….!
Aku kembali menenggelamkan diri kedalam air
“Blup blup blup blup…….”
Minggat secepat-cepatnya dari markas mereka menghindari penyerangan yang lebih pedih dan parah….!
Masih banyak kegitan seru lain nya ,misal kegiatan mencari kumbang di pohon-pohon kelapa yang tumbang, mencari jamur sembari bermain hujan, menggangu rumah tawon dengan tujuan mencari madu, namun seringnya kami menghasilkan realitas yang sangat getir, kepala dan muka kami “benjol” hadiah dari sengatan tuan lebah yang tak rela rumahnya kami dzalimi,
Tidak jarang sengatan itu sampai membuat kami demam.
Penyakit sengatan lebah…!
Itulah penyakit yang paling memalukan ketika berangkat sekolah, bahkan teman-teman yang selamat dari amarah sang tawon akan ikut menertawakan nasib buruk mu itu…
keterlaluan..…!
Penghianatan yang sangat pedih….!
Pedih sekali kawan…!
Penderitaan ini belum berakhir disitu…
Di rumah, ibu akan marah-marah setengah mati jika aku pulang dengan wajah yang “gendut “ (istilah sebenarnya adalah bengkak…! ) maka peribahasa yang enak ku gunakan saat itu adalah “sudah jatuh, tertimpa ember”
hehhehe…..
Maaf agak ku lencengkan sedikit,
Aku tak rela tertimpa tangga, tentu itu sangat menyakitkan,
Ku minjam ember cuci piring ibuku saja…..! (oke, tak usah kau perpanjang masalah ember ini, cukup aku yang merasakannya)
Keliaran demi keliaran terus bermunculan dari gerombolan anak-anak kampung seperti kami, beberapa orang tua sempat cemas dan was-was dengan tingkah kami,
bagaimana tidak?!,
Ketika musim rambong kami nekat mencari buah rambong di kebun karet yang konon sudah terkenal dengan beruang nya yang ganas..!
di kejadian yang lain,
Aku teringat suatu ketika pada musim bangau, kami punya rencana yang cukup gila dan sangat berbahaya…
Berburu anak bangau untuk di pelihara….
Tempat sarang bangau ini sangat jauh, tempat nya bukan di perkebunan kelapa sawit, ia ada di pedalaman kampung tetangga kami, sebuah rawa yang sangat luas, tempat itu sangat sepi,
Tidak ada rumah penduduk disana
bahkan warga kampung itu jarang ada disana…
Di pintu masuk rawa itu ada pohon bambu yag sangat rimbun..
Suasana nya sangat hening,
Bahkan aku dapat mendengar angin mendesir di balik daun-daun bambu….
Sepoi sangat mencekam….
Rawa dengan rumput rawanya yang telah menguning terbentang sejauh mata memandang…
Di gerbang itu, aku dan teman-teman terdiam ketakutan,menimbang-nimbang lagi rencana gila itu
Aku tau mereka mencoba menampakan wajah pura-pura berani
Padahal,
jika seandainya babi hutan tiba-tiba muncul di depan kami, pasti mereka kocar-kacir melesat entah kemana…
Jam tiga sore, matahari sudah agak menguning, kami hanya saling pandang dalam senyapnya angin
memandangi ekosistem rawa didepan mata kami itu….
selain angin, suara dominan disana adalah suara teriakan pedih anak-anak bangau, entah di makan ular phiton entah kelaparan berebut umpan dari induknya…!
Sangat mengerikan….
Tiba-tiba…!
Salah seorang diantara kami maju seraya berkata….
“ayo kita masuk…..!” ajaknya dengan nada bicara ketakutan
Kami mengangguk bersama, juga dalam ketakutan memasuki rawa itu….
“Pakai ini …!” Sembari bemberi bersiung-siung bawang putih yang ia curi dari dapur ibu nya,seandainya ibunya tahu, sebilah sendok nasi berpotensi menggetok batok kepalanya…!
“Apa itu” tanyaku heran….
“Bawang putih” jawab nya singat.
kami nekat masuk dengan bermodal bawang putih…
ya….!
Bawang putih…!
Menurut teman ku yang jenius ini bawang putih punya khasiat magic dapat menghalau bahaya dedemit…
Kami hancurkan bawang putih itu dan kami usapkan keseluruh tubuh kami…..
“whueeek….!”
Baunya seram sekali…..!
Baiklah, dalam tulisan ini supaya keren kuberi nama parfum kami itu dengan bahasa papua yang paten “garlic perfume” .
konyol sekali, kurasa ia keseringan menonton film vampire china yang muntah-muntah di beri bawang putih….
Tapi di dalam sini tidak ada vampire, yang ada hanyalah ribuan reptile kelaparan..
kami tetap saja nekat masuk di telan lautan rawa itu…
bahkan rumput rawa tingginya melebihi tinggi tubuh kami …
seandainya kami diterkam buaya atau di lilit ular mungkin tidak ada yang menemukan kami disini….
“bismillahirrahmanirrahiiiiim….”
Aku mulai menginjak lumpur yang terasa sangat dingin di kaki ku…
Kau tau…?!
Di dalamnya sangat gelap, sedangkan injakan yang kami pijak adalah lumpur setinggi betis yang sangat hitam…
kami terus menerobos hingga ketengah rawa
Di atas lumpur yang lekat itu, aku melihat bulu-bulu bangau terburai….
Lumpur itu sangat liat, aku tidak bisa berjalan dengan baik disitu, apalagi berlari…
Baru kali ini aku masuk ketempat seseram ini…
Batinku berkecamuk, ribuan bayangan di otak muncul, ibarat layar tancap yang memutarkan film anaconda..
Aku merinding memasuki zona berbahaya itu….
Kata salah satu teman ku, disitu adalah sarang ular-ular besar…!
Aku bahkan melihat sebuah terowongan bulat, entah itu lintasan ular entah apa, yang jelas diameternya selebar tiang listrik..!!
Ku rasa, kalo sekarang di ajak masuk kesono lagi aku akan menjawab
“ogah……!”
Walopun aku di hadiahi berbatang-batang coklat bahkan mangga sekalipun…!
Belakangan aku tak habis fikir mengapa mahluk-mahluk lemah nan kecil seperti kami bisa senekat itu….??
Polos…
Gak sadar bahaya….
Egois…
Dan tentu saja keras kepala…..
Kami berhasil mendapatkan anak-anak bangau itu, kami pulang dengan lutut-lutut yang sudah sangat lemas, mental kami sudah berantakan di telan rawa…
Bukan nya pulang, kami malah mampir ke danau buatan PT.SOCFINDO yang kami sebut dengan istilah “pasiran”.
Mengapa pasiran?!,
Karna kebanyakan danau buatan itu tanahnya adalah jenis pasir..
Selain kedalaman nya yang proporsional bagiku, pasiran juga banyak menyimpan ikan mujair, bahkan udang…
Semua orang di desa kami sudah tau akan hal itu, terkadang kami berjumpa dengan beberapa tetangga yang sedang menjala dan memancing ikan disana…!
Menurut sebagian ibu-ibu perkebunan mereka pernah melihat ular kobra besar berenang di danau tempat kami mampir saat ini..
Walaupun ribuan petuah orang tua kami yang melarang untuk mandi disana telah berjuta-juta keluar dari mulut nya, namun tetap saja jika ada teman yang menyulut mengajak mandi, kami tak berdaya menerimanya, ia ibarat NIL yang magic….
Tak jarang, cubitan melesat ke bokong kami, hadiah mashur dari orang tua yang telah kehabisan cara memperingati kami. Dan teman ku punya kisah lebih buruk lagi sebatang panjang batang ubi kayu di pakai untuk mencambuknya….
Baiklah….!
Kami hanya jera satu bulan….
Selanjutnya NIL itu masih mempesona….!
Dengan sembunyi-sembunyi kami tetap mengunjungi danau dan sungai, ada resep gila yang amat kramat kami gunakan ketika selesai mandi, kami memungut buah sawit yang sudah masak, minyak nya kami oleskan kewajah dengan mitos wajah tak akan tampak seperti mandi danau atau sungai, berkali-kali gagal namun kadang berhasil, tapi lebih baik tak usah kau ikuti cara gila ini kawan…! berakibat fatal, wajah mu akan mengalami sedikit gatal, entau siapa penemu kosmetik itu, kami hanya meneruskan dari generasi ke generasi....!
Selain kelapa sawit kramat itu, kami juga punya strategi yang lebih ampuh untuk berdamai dengan orang tua khusus nya ibu-ibu kami, setelah mandi sungai atau danau, kami akan dengan sangat rajin mencari tumbuhan pakis atau genjer sebagai kompensasi atau jimat menagkal marah ibu kami tercinta…
Ini lebih baik, selain menghalau kemurkaan ibu, dari hasil jerih payahmu mengumpulkan sayuran itu kau akan menikmati menu lezat nanti nya……
Whuaaaaaah,asik ya jadi anak kampung………??!tapi, jangan jadi anak nakal ya.....!
Demikian aja dulu......
Aku yakin kau juga punya cerita yang lebih seru di episode kecilmu
Baiklah…..
Inilah kutipan yang ku petik dari pak de “rhoma irama”
“masa muda, masa yang berapi-api…..”
Salam petualanagan untuk kita semua
Mohammad Zahri
Itulah sekelumit masa kecilku yang sarat akan petualangan, belasan tahun yang lalu, aku hidup di sebuah desa kecil bernama BLOK 10…!
Apa menurutmu nama kampungku itu keren ?
Jika belum keren, ia masih punya cadangan nama lain lagi,
“Alue Geutah”…!
Alias “Tripa Alue Geutah” bin “Tripa Blok 10”
Sebagai kehormatan,
aku membolehkan kalian memilih mana saja yang kalian sukai…
Dan kenyataan memilukannya adalah kau sedang membaca tulisan anak kampung itu….!
Blok 10 adalah sebuah desa (tepatnya komplek perumahan) dengan rumah-rumah beton berwarna putih, bertipe sederhana dengan dua kamar, komplek perumahan ini bebaris di sempanjang sisi jalan raya Alue bilie - Blang Pidie, sebuah desa di kecamatan Darul Makmur kabupaten Nagan Raya Nanggro Aceh Darusalam.
Perumahan sederhana dengan pohon cery tumbuh di depan kebayakan halaman rumah warganya, kampung tersebut cuma punya dua baris deretan rumah disisi kanan dan kiri jalan raya.
Setiap dua rumah akan bergandengan menjadi satu, jika di izinkan mengilustrasikannya maka, maaf kalian terpaksa melihat ilustrasi sederhana sekenanya berikut ini (_00_00_00_00_) begitulah kira-kira dua rumah berdempetan lalu ada ruang kosong di sisinya dan dua rumah berikutnya kembali bergandengan.
Perumahan ini dibangun perusahaan perkebunan kelapa sawit nomor wahid di kabupaten kami. Ada banyak kampung perumahan yang di bangun di berbagai daerah oleh perusahaan ini, tidak hanya di Nagan Raya bahkan sampai ke aceh tamiangpun mereka punya divisi-divisi dan hektaran lahan.
kampung kami adalah salah satu diantara kampung-kampung yang dibangun oleh mereka. perumahan itu di sediakan perusahaan untuk karyawan-karyawan perkebunannya, ayah dan ibuku merupakan salah satu di antara karyawan perkebunan kelapa sawit itu.
Aku yakin CPO yang konon melimpah di aceh sebagian besar muncul dari perusahaan ini, kelapa sawit adalah pohon yang sudah sangat familiar di sini, aku dan teman-temanku dari kecil hingga besar hidup di perkebunan kelapa sawit,
Bahkan beberapa foto yang menempel di dinding rumahku mempunyai background kelapa sawit.
kelapa sawit bagaikan nadi kehidupan bagi kami.
Aku dan teman-teman lainnya bisa kau sebut sebagai anak kebun,
“Hmmmm……”
Agar kami lebih keren dan kelihatan sedikit tajir,
Bolehlah aku sebut untuk kali ini saja julukan kami dengan…
“Anak komplek perkebunan…..!”
Ku rasa ada image yang sedikit terbangun jika kami sebut gerombolan kami dengan istilah diatas…
Tidak banyak orang kaya disana, kebanyakan orang yang kaya adalah para petinggi-petinggi di perusahaan ini, orang tua ku dan orang tua teman-teman ku, bukan termasuk para petinggi, jadi tenang saja kami bukan dari golongan elit….!
Di kecamatan kami sebenarnya banyak komplek perumahan sejenis yang di bangun perusahaan di berbagai lokasi, namun yang membuat komplek perumahan kami berbeda dengan yang lain nya adalah jalan raya. Kami berada di sisi jalan raya, walaupun beberapa ayam dan kambing peliharaan warga banyak yang “khatam” di jalan raya tersebut asbab di lindas truck, tapi jalan raya memberikan efek modernisasi tersendiri untuk kampung ini, beberapa akses publik lebih mudah kami datangi.
Sawit menjadi icon tersendiri bagi kabupaten kami, Sawit-sawit ini telah dikelola sejak lama sekali, beberapa generasi telah berkembang biak disini, di kampungku para orang tua kami umumnya adalah generasi ke dua atau ketiga, kebayakan kakek-nenek di generasi awal adalah para transmigran yang berasal dari pulau jawa, sudah turun temurun merekai bekerja di perusahaan peninggalan belanda yang makin tua di terjang waktu ini, perusahaan ini memiliki ribuan hectare lahan yang terawat dengan baik.
Raksasa kelapa sawit ini menamai dirinya dengan nama PT.SOCFINDO.
Ia punya sebuah logo perusahaan yang sederhana.
Logo nya adalah sebuah lambang dolar, seperti ini “$”….!
sangat sederhana bukan..?!
warna kebesaran PT.SOCFINDO yaitu “kuning tua”…! Banyak peralatan-peralatan nya yang di cat kuning. Mobil truck pengangkut buah kelapa sawit juga berwarna kuning.
Terkait logo yang cuma lambang dolar sebijik yang agak diruncingkan itu, menurut-ku team marketing perusahaan ini tidak susah-susah melakukan strategi branding mati-matian untuk logo ini. Dari bentuknya, jelas sekali, menurut anailisis ku yang ku anggap lebih canggih dari anak-anak TK, filosofi “$” itu berkaitan dengan meraup dolar sebanyak-banyaknya.
Bukan hanya ayah dan ibu ku, bahkan almarhum kakek ku juga telah bekerja di situ, dan aku bertekad tidak mau menjadi generasi ke tiga yang lahir dan menguap busuk disana, aku punya ide lebih luas dari beribu-ribu hektar lahan mereka, yaitu merantau sejauh-jauhnya, menjelajah dunia, menimba khazanah ilmu yang membentang “di luar sana dunia menunggu ku” seperti itulah pekikan heroik dalam diri yang coba terus ku pelihara….!
menurut legenda, perusahaan itu sudah muncul ketika kumpeni belanda datang untuk “mengasuh” negeri kita. Beberapa artefak bangunan-bangunan belanda masih bisa kau jumpai di beberapa tempat walaupun sudah agak jarang.
Sebagian bangunan itu kian angker dengan makin bertambah usianya, walaupun bernilai sejarah tak pernah kulihat “sebiji pun” sejarawan datang untuk meneliti atau mencatatnya.
Di antara bangunan yang masih tersisa adalah sumur-sumur tua di semak-semak belukar yang tampak begitu menyeramkan, tapi ini masih hipotesis ku bahwa itu buatan belanda, aku belum melakukan penelitian mendalam tentang ini, yang jelas mereka bertaburan di sembarang tempat, tapi aku lebih menyukai yang berada dekat dengan SD ku, aku memanfaatkan nya untuk kebutuhan akademik….!
“Hah…? “
“Kebuthan akademik ? “
tentu kalian bertanya-tanya bagaimana mungkin sumur tua punya korelasi yang pas untuk di kaitkan dengan kebutuhan akademik ….??
Begini ceritanya…..
“Dulu….”
Ketika pelajaran IPS, saat ibu guru menjelaskan peristiwa G-30 S PKI pada episode lubang buaya, imajinasi ku melesat terbang bersama sekumpulan burung jalak yang kami jerat mengunjungi sumur itu. Setidaknya sumur itu telah membantuku memahami materi “lubang buaya” dalam pelajaran IPS sehingga aku dapat menghasilkan angka 6 di raport ku…!
“Menakjubkan bukan ??”
Anak-anak desa seperti kami tak begitu peduli dengan resiko…
Setiap hari kami tidak miskin dengan petualangan seru yang menggelikan di sekitar perkebunan kelapa sawit, perang-perangan di pinggir sungai dengan tanah liat adalah permainan air yang ku sukai, walaupun aku menyukai permainan air, kemampuan ku dalam berenang amat payah kawan..!
aku hanya menjamah air yang memiliki kedalaman setinggi dada...
Dalam permainan perang-perangan air ini seringnya aku menggunakan teknik menyelam sembunyi di dalam air beberapa detik,rencana nya merayap sembunyi-sembunyi dan mengejutkan lawan secara tiba-tiba dengan muncul secara mendadak di dekat markas-nya,
Dan ketika kepalaku keluar dari air,
eng -ing -eng....!
Tentu saja..!
CEPLAK…..!!!
Setumpuk tanah liat menghajar kepala ku, itu adalah serangan lawan,
sakit sekali….!
Aku kembali menenggelamkan diri kedalam air
“Blup blup blup blup…….”
Minggat secepat-cepatnya dari markas mereka menghindari penyerangan yang lebih pedih dan parah….!
Masih banyak kegitan seru lain nya ,misal kegiatan mencari kumbang di pohon-pohon kelapa yang tumbang, mencari jamur sembari bermain hujan, menggangu rumah tawon dengan tujuan mencari madu, namun seringnya kami menghasilkan realitas yang sangat getir, kepala dan muka kami “benjol” hadiah dari sengatan tuan lebah yang tak rela rumahnya kami dzalimi,
Tidak jarang sengatan itu sampai membuat kami demam.
Penyakit sengatan lebah…!
Itulah penyakit yang paling memalukan ketika berangkat sekolah, bahkan teman-teman yang selamat dari amarah sang tawon akan ikut menertawakan nasib buruk mu itu…
keterlaluan..…!
Penghianatan yang sangat pedih….!
Pedih sekali kawan…!
Penderitaan ini belum berakhir disitu…
Di rumah, ibu akan marah-marah setengah mati jika aku pulang dengan wajah yang “gendut “ (istilah sebenarnya adalah bengkak…! ) maka peribahasa yang enak ku gunakan saat itu adalah “sudah jatuh, tertimpa ember”
hehhehe…..
Maaf agak ku lencengkan sedikit,
Aku tak rela tertimpa tangga, tentu itu sangat menyakitkan,
Ku minjam ember cuci piring ibuku saja…..! (oke, tak usah kau perpanjang masalah ember ini, cukup aku yang merasakannya)
Keliaran demi keliaran terus bermunculan dari gerombolan anak-anak kampung seperti kami, beberapa orang tua sempat cemas dan was-was dengan tingkah kami,
bagaimana tidak?!,
Ketika musim rambong kami nekat mencari buah rambong di kebun karet yang konon sudah terkenal dengan beruang nya yang ganas..!
di kejadian yang lain,
Aku teringat suatu ketika pada musim bangau, kami punya rencana yang cukup gila dan sangat berbahaya…
Berburu anak bangau untuk di pelihara….
Tempat sarang bangau ini sangat jauh, tempat nya bukan di perkebunan kelapa sawit, ia ada di pedalaman kampung tetangga kami, sebuah rawa yang sangat luas, tempat itu sangat sepi,
Tidak ada rumah penduduk disana
bahkan warga kampung itu jarang ada disana…
Di pintu masuk rawa itu ada pohon bambu yag sangat rimbun..
Suasana nya sangat hening,
Bahkan aku dapat mendengar angin mendesir di balik daun-daun bambu….
Sepoi sangat mencekam….
Rawa dengan rumput rawanya yang telah menguning terbentang sejauh mata memandang…
Di gerbang itu, aku dan teman-teman terdiam ketakutan,menimbang-nimbang lagi rencana gila itu
Aku tau mereka mencoba menampakan wajah pura-pura berani
Padahal,
jika seandainya babi hutan tiba-tiba muncul di depan kami, pasti mereka kocar-kacir melesat entah kemana…
Jam tiga sore, matahari sudah agak menguning, kami hanya saling pandang dalam senyapnya angin
memandangi ekosistem rawa didepan mata kami itu….
selain angin, suara dominan disana adalah suara teriakan pedih anak-anak bangau, entah di makan ular phiton entah kelaparan berebut umpan dari induknya…!
Sangat mengerikan….
Tiba-tiba…!
Salah seorang diantara kami maju seraya berkata….
“ayo kita masuk…..!” ajaknya dengan nada bicara ketakutan
Kami mengangguk bersama, juga dalam ketakutan memasuki rawa itu….
“Pakai ini …!” Sembari bemberi bersiung-siung bawang putih yang ia curi dari dapur ibu nya,seandainya ibunya tahu, sebilah sendok nasi berpotensi menggetok batok kepalanya…!
“Apa itu” tanyaku heran….
“Bawang putih” jawab nya singat.
kami nekat masuk dengan bermodal bawang putih…
ya….!
Bawang putih…!
Menurut teman ku yang jenius ini bawang putih punya khasiat magic dapat menghalau bahaya dedemit…
Kami hancurkan bawang putih itu dan kami usapkan keseluruh tubuh kami…..
“whueeek….!”
Baunya seram sekali…..!
Baiklah, dalam tulisan ini supaya keren kuberi nama parfum kami itu dengan bahasa papua yang paten “garlic perfume” .
konyol sekali, kurasa ia keseringan menonton film vampire china yang muntah-muntah di beri bawang putih….
Tapi di dalam sini tidak ada vampire, yang ada hanyalah ribuan reptile kelaparan..
kami tetap saja nekat masuk di telan lautan rawa itu…
bahkan rumput rawa tingginya melebihi tinggi tubuh kami …
seandainya kami diterkam buaya atau di lilit ular mungkin tidak ada yang menemukan kami disini….
“bismillahirrahmanirrahiiiiim….”
Aku mulai menginjak lumpur yang terasa sangat dingin di kaki ku…
Kau tau…?!
Di dalamnya sangat gelap, sedangkan injakan yang kami pijak adalah lumpur setinggi betis yang sangat hitam…
kami terus menerobos hingga ketengah rawa
Di atas lumpur yang lekat itu, aku melihat bulu-bulu bangau terburai….
Lumpur itu sangat liat, aku tidak bisa berjalan dengan baik disitu, apalagi berlari…
Baru kali ini aku masuk ketempat seseram ini…
Batinku berkecamuk, ribuan bayangan di otak muncul, ibarat layar tancap yang memutarkan film anaconda..
Aku merinding memasuki zona berbahaya itu….
Kata salah satu teman ku, disitu adalah sarang ular-ular besar…!
Aku bahkan melihat sebuah terowongan bulat, entah itu lintasan ular entah apa, yang jelas diameternya selebar tiang listrik..!!
Ku rasa, kalo sekarang di ajak masuk kesono lagi aku akan menjawab
“ogah……!”
Walopun aku di hadiahi berbatang-batang coklat bahkan mangga sekalipun…!
Belakangan aku tak habis fikir mengapa mahluk-mahluk lemah nan kecil seperti kami bisa senekat itu….??
Polos…
Gak sadar bahaya….
Egois…
Dan tentu saja keras kepala…..
Kami berhasil mendapatkan anak-anak bangau itu, kami pulang dengan lutut-lutut yang sudah sangat lemas, mental kami sudah berantakan di telan rawa…
Bukan nya pulang, kami malah mampir ke danau buatan PT.SOCFINDO yang kami sebut dengan istilah “pasiran”.
Mengapa pasiran?!,
Karna kebanyakan danau buatan itu tanahnya adalah jenis pasir..
Selain kedalaman nya yang proporsional bagiku, pasiran juga banyak menyimpan ikan mujair, bahkan udang…
Semua orang di desa kami sudah tau akan hal itu, terkadang kami berjumpa dengan beberapa tetangga yang sedang menjala dan memancing ikan disana…!
Menurut sebagian ibu-ibu perkebunan mereka pernah melihat ular kobra besar berenang di danau tempat kami mampir saat ini..
Walaupun ribuan petuah orang tua kami yang melarang untuk mandi disana telah berjuta-juta keluar dari mulut nya, namun tetap saja jika ada teman yang menyulut mengajak mandi, kami tak berdaya menerimanya, ia ibarat NIL yang magic….
Tak jarang, cubitan melesat ke bokong kami, hadiah mashur dari orang tua yang telah kehabisan cara memperingati kami. Dan teman ku punya kisah lebih buruk lagi sebatang panjang batang ubi kayu di pakai untuk mencambuknya….
Baiklah….!
Kami hanya jera satu bulan….
Selanjutnya NIL itu masih mempesona….!
Dengan sembunyi-sembunyi kami tetap mengunjungi danau dan sungai, ada resep gila yang amat kramat kami gunakan ketika selesai mandi, kami memungut buah sawit yang sudah masak, minyak nya kami oleskan kewajah dengan mitos wajah tak akan tampak seperti mandi danau atau sungai, berkali-kali gagal namun kadang berhasil, tapi lebih baik tak usah kau ikuti cara gila ini kawan…! berakibat fatal, wajah mu akan mengalami sedikit gatal, entau siapa penemu kosmetik itu, kami hanya meneruskan dari generasi ke generasi....!
Selain kelapa sawit kramat itu, kami juga punya strategi yang lebih ampuh untuk berdamai dengan orang tua khusus nya ibu-ibu kami, setelah mandi sungai atau danau, kami akan dengan sangat rajin mencari tumbuhan pakis atau genjer sebagai kompensasi atau jimat menagkal marah ibu kami tercinta…
Ini lebih baik, selain menghalau kemurkaan ibu, dari hasil jerih payahmu mengumpulkan sayuran itu kau akan menikmati menu lezat nanti nya……
Whuaaaaaah,asik ya jadi anak kampung………??!tapi, jangan jadi anak nakal ya.....!
sumber foto : google
Demikian aja dulu......
Aku yakin kau juga punya cerita yang lebih seru di episode kecilmu
Baiklah…..
Inilah kutipan yang ku petik dari pak de “rhoma irama”
“masa muda, masa yang berapi-api…..”
Salam petualanagan untuk kita semua
Mohammad Zahri
0 komentar: