Tahun 2014 yang Lalu... Anda mungkin pernah membayangkan bagaimana sedihnya perasaan sahabat Anda yang tidak pulang kapung saat lebaran...

#IndonesiaMakinDigital : Menghapus Rindu Mamak

Tahun 2014 yang Lalu...

Anda mungkin pernah membayangkan bagaimana sedihnya perasaan sahabat Anda yang tidak pulang kapung saat lebaran. Atau barangkali Anda malah pernah merasakan hal itu? 

Beberapa kali lebaran di Jakarta rasanya memang sedih sekali jika mendengar kumandang takbir Idul Fitri diperantauan tampa keluarga dan tampa masakan mamak. Terlebih jika teman-teman satu kosan-pun pada ikutan mudik. Sendiri di kosan jadi tambah sedih.

"...Darisana aku mulai membaca artikel di Internet, aku belajar membuat copy writing yang baik untuk iklan..."

Itulah yang terjadi pada saya di tahun 2014 yang lalu. Saat Lebaran Idul Fitri, Saya tinggal di kosan sendirian, teman-teman saya pulang kapung, tetangga kosan juga pulang kampung. Lebaran seharus nya ramai, tapi di kosan saya sepi sekali karena rata-rata yang ada disini adalah perantau.


Ilustrasi Kampung : (gambar https://id.wikipedia.org/wiki)

Pagi itu, di hari lebaran setelah shalat Eid, Saya buru-buru mampir ke kios disekitar mesjid untuk membeli pulsa, mendaftar paket nelpon Telkomsel untuk menelpon mamak, bapak, dan adik-adik yang ada di Aceh sana. Ah, Lebaran di rantau , mendengarkan suara mereka, rasanya bahagia sekali. walaupun hanya sekedar suara. 

Tahun 2015...

Lebaran tahun 2015 ternyata Saya juga belum bisa pulang, dua minggu sebelum lebaran mamak menelpon...

...Kala itu saya hanya bisa terdiam, merasa berat, sangat berat untuk menjawab pertanyaan mamak di seberang telepon.

"Lebaran ini Zahri belum bisa pulang, Mak. Usaha lagi susah". Kata saya berhati-hati agar mamak tidak sedih.

Mamak tidak langsung menjawab, jeda beberapa saat itu sudah cukup membuat kesedihan saya tumpah. Disitu saya menduga-duga sepertinya mamak sedih karena lebaran ini adalah lebaran ke tiga ia tidak bisa menatap anaknya saat hari raya. 

Barangkali beliau sangat penasaran, tiga kali lebaran mamak ngak jumpa, seperti apa sekarang kamu di Jakarta, nak? Barangkali itu arti dari diam nya yang barusan itu.

"yaudah..., gapapa.. yang penting kau sehat. Jangan lupa sholat, lancar puasa mu, nak?"

Pertanyaan itu tak langsung saya jawab, saat itu saya terjebak dalam emosi saya sendiri. Sejujurnya saya bisa merasakan betapa rindunya mamak pada saya, sudah tiga kali lebaran mamak cuma bisa mendengarkan suara anak nya saja melalui telepon.

Menjelang Idul Fitri

Sudah beberapa minggu yang lalu dengan sangat disiplin saya mulai menabung sedikit demi sedikit laba hasil jualan. Hasil tabungan itu rencana nya akan saya belikan Smartphone. 

Namun, ideal nya saya harus bisa membelinya sebelum hari raya, dipikiran saya ada ide, setiap lebaran adik kedua saya yang merantau di Banda Aceh pasti mudik ke kampung, dia punya smartphone, berarti ada peluang kejutan yang bagus untuk mamak dan bapak.

Saya berencana membuat kejutan melakukan video calling menggunakan salah satu aplikasi chating. Karena mamak dan bapak agak gaptek, keberadaan adik dan perangkat smartphone nya disana diperkirakan akan memperlancar kejutan kecil ini. Barangkali Anda juga bisa bayangkan pasti mamak saya senang jika melihat wajah saya yang sudah tiga kali lebaran gak pulang kapung. Sederhana memang, tapi itulah kejutan nya.

Harapan saya cuma satu, semoga signal operator dikampung tidak down karena tahu sendiri kalo lebaran banyak orang yang siling menghubungi keluarga dan sanak saudaranya. Trafik nya pasti padat. 

Soalnya dahulu saya pernah nelpon saat lebaran tapi tulalit, mengecek pulsa pas lebaran hasilnya juga sering error. Saya berharap ini tidak terjadi saat rencana video calling dijalankan.

Tapi karena hp saya saat ini masih hp yang cuma bisa nelpon dan sms, maka pertama-tama minimal saya harus punya smartphone dahulu.

Menjelang lebaran ternyata uang tabungan masih banyak kekurangan untuk beli smartphone. Setelah di hitung-hitung jumlah hari dari hari ini ke hari raya target tabungan rasanya tidak tercapai. Aduuh, Saya jadi bingung. 

Akhirnya nominal tabungan saya naikkan dan biaya hidup saya hemat sedemikian rupa. 

Hasilnya?

Tetap masih banyak yang kurang.

“Ya Tuhan, tolong hamba....”. inilah kata-kata yang terbesit dihati setiap malam saat saya memasukkan uang tabungan kedalam celengan.

Tidak disangka, seorang teman berencana menjual motornya karena jarang dipakai dan biaya perawatan motor yang menurutnya tiggi. “Daripada jarang di pake mending ku jual aja” katanya padaku.

“Tolong pasangkan iklan bisa? nanti uang nya bisa kamu pake sementara untuk tambahan beli smartphone” kebetulan teman sudah ku ceritakan persoalan rencana video call itu.

“Allahuakbar” aku terperanjat. Alangkah baiknya. Inilah sisi positif dari bersahabat, ada saja yang membantu saat sedang susah. 

Persoalannya adalah bagaimana menjual nya sebelum hari raya?Ah, Internet! di zaman digital begini, Internet terbukti memudahkan banyak urusan. Anda bisa bayangkan kalau saya menawarkan dari mulut ke mulut mungkin prosesnya bisa lama. 

Maka saya memutuskan menawarkan motor ini melalui internet, darisana saya mulai belajar. Saya membaca artikel-artikel marketing, saya belajar membuat copy writing yang baik untuk di iklankan di internet, dan memilih salah satu market palace jual beli barang bekas di internet. Semoga sebelum lebaran motor laku. 

Untung nya hape lama saya (yang memiliki fitur: radio, calculator, calender, dan senter) juga dilengkapi browser, Jadi Sambil berdagang, sesekali saya baca-baca artikel di internet tentang bagaimana membuat copy writing yang baik. Inilah enak nya hidup di zaman digital, kegiatan ekonomi, belajar bisa di lakukan dimana saja.


Saya praktekkan apa yang saya pelajari di internet, dan benar saja, dalam waktu dua hari, iklan saya mulai dilihat banyak orang, perlahan-lahan orang mulai banyak yang menelpon, mulai banyak yang mengajak bertemu untuk melihat motor yang saya iklan kan. dan singkat cerita motor itu pun terjual dengan harga yang layak. Alhamdulillah.... Dan laku sebelum lebaran !!

Alhamdulillah....! Akhirnya, bisa juga beli smartphone sebelum lebaran.

Saat idul fitri tiba. Di pagi hari Idul Fitri, saya mengejutkan mamak dan bapak dengan panggilan video. Untuk pertama kalinya dalam tiga kali lebaran mamak bisa melihat wajah saya.

“Mak... mak... mak... Bang Zahri nelpon” Teriak adik saya sambil berlari tergesah-gesah ke dapur menenteng smartphone nya menjumpai mamak.

Saat melihat wajah saya untuk pertamakalinya setelah tiga kali lebaran, mamak tak sanggup berkata-kata, bibir nya hanya tersenyum-senyum tampa ada sepatah katapun keluar. 

Saya tahu betul, pasti emosi bahagia nya memenuhi dada sehingga kata-katanya tercekat.

“Mana si Zahri....” sayup-sayup kudengar suara bapak di belakang mamak. Sepertinya ingin bergantian melihat wajah ku.

Aku menahan sedih, ternyata bapak juga tak mapu berkata-kata saat melihat wajah ku. Beliau hanya tersenyum-senyum tak berkata-kata. 



******

Adik bungsu ikutan takjub

Untungnya, sepanjang video calling ini signal dari kartu As di kapung bagus saat hari raya. Setelah puas berbincang-bincang dengan orang tua, saya menyuruh adik saya untuk berkeliling disekitar rumah, rasanya saya rindu sekali ingin melihat-lihat keadaan disana.

saya suruh adik ke halaman, kebelakang rumah, masuk ke kamar, ke kebun belakang rumah, kesemua penjuru rumah. Ya tuhan... saya telah pulang kapung secara digital.

Hilang sudah rindu mamak, tunai sudah penasaran bapak, Lunas sudah hajat ku mudik ke kampung halaman. Terimakasih Kartu As, selalu ada saat lebaran. Kejadian mudik digital ini menjadi bukti bahwa Indonesia kini semakin digital.

#IndonesiaMakinDigital


Lebaran 2016 akhirnya saya bisa pulang kapung. Kalau dibanding dahulu, Sungguh banyak sekali yang luar biasa di zaman sekarang. Saya sudah bisa beli oleh-oleh di toko online, pesan tiket nya online juga, bayar tiket pakai mobile banking, karena gak punya kendaraan pribadi, pergi ke bandara nya pun jadi gampang karena ada taksi online. Wah! Digitalisasi sunguh membuat banyak hal terasa mudah.

Semoga disamping temuan dan perkembangan teknologi yang selalu bergerak cepat, selalu ada Telkom yang siap menyediakan dukungan infrastruktur untuk mendukung  #IndonesiaSemakinDigital




*selamat berdigital ria*

4 comments:

  1. Ini cerita beneran za?

    ReplyDelete
  2. Sungguh keren......
    Saya jadi ingat pertama kali dari kota Makassar merantau ke Jakarta 1980-an. Saya kos dgn teman2 di Pulogadung. Setiap lebaran teman2 pulang kampung, diantaranya ke Jawa Barat. Sy hanya di kosan gak bis pulkam, gak cukup beli tiket pesawat. Saya akhirnya ikut pulkam ke tempat teman kos. Itu bergilir setiap lebaran sampai saya bisa pulkam sendiri dgn ongkos sendiri dari hasil keringat sendiri hehehehe....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Pak Nur. Luar biasa Pak bisa pulang kampung dengan usaha sendiri. Memang pedih sekali kalo membayangkan ongkos pesawat pulang pergi ketika mudik.

      Delete