Aku kapok ! bener bener kapok…
Di Busway, sore menjelang sangat sore
Sepulang dari Kelapa Gading, rencana nya sih aku mau cari rute baru pulang ke markas (baca : kosan) dengan moda transportasi yang lain. Dari halte Busway Pulo Mas aku turun ke Halte Busway Juanda dan langsung melipir ke stasiun juanda. Rencananya aku mau naik kereta dari Juanda, transit di Manggarai dan sambung ke stasiun Duri. Itu rencana nya…
Macet di Busway membuat aku jadi agak telat shalat asar. Ini adalah pertama kali aku masuk stasiun Juanda, aku buta kebiasaan di stasiun ini tak tau pula teknik naik kereta jika berada di stasiun ini keika jam pulang kantor.
Begitu masuk ke peron (tempat nunggu kereta). mata ! mata kawan ! mata ku terbelalak melihat kerumunan orang yang “membanjir”. Akhirnya sampailah kereta jurusan Bekasi yang sudah penuh (tetapi agak lega dikit ditandai dengan aku bisa nyelip). Tetapi keadaan berubah di dua stasiun berikutnya, kereta yang sudah penuh ini terus dipenuhi oleh penumpang yang terus memaksa masuk.
Di dalam kereta itu, aku terdorong masuk sekitar setengah meter dari pintu kereta. berhentilah kereta di stasiun berikutnya, orang-orang tetap memaksa masuk, padat dan terus memadat, kami saling berhimpitan, tidak ada celah sedikitpun bahkan hanya untuk menggerakkan badan, hanya kepala yang berhasil di “celingkuk-kan” dan tangan yang menggapai-gapai gantungan tangan.
Karena saking mepetnya aku merasakan tangan seorang penumpang di “tempelan” ku gemetaran menggantungkan diri. Mau ketawa takunya dia tersinggung, mau nangis juga kayaknya ngak mungkin. Ah, Kalau digambarkan, keadaan kami disana seperti partikel zat padat yang terus dipaksakan untuk lebih dipadatkan lagi. atau bersinonim dengan keadaan ikan sarden di kaleng-kaleng.
Aku punya dua peluang untuk turun di stasiun transit, tetapi peluang ku kecil padahal jarak aku dengan pintu kereta cuma setengah meter. ironis! aku berdiri didekat pintu sebelah kanan dari arah jalan nya kereta. Namun, setelah sampai di stasiun Manggarai ternyata pintu yang di buka itu sebelah kiri.
Sambil meliuk-liuk aku memohon kesediaan penumpang lain untuk sedikit memberiku jalan. “Misiiiiii bang…..” “aduuuh”, “misiiiii aaaakh…”, “saya mau keluar akhh".
::TIME OUT::
Pintu kereta tertutup dan aku bergerak cuma 10cm. Bapak-bapak yang berada di "tempelan" ku berkata sambil tertawa. “Tenang mas, entar di Jatinegara pintu yang ke buka dua duanya”.Mendengar itu hati ku mekar. Stasiun Jatinegara adalah stasiun transit yang terakhir. Aku harus bisa turun di stasiun itu. Tetapi, jarak ku dengan pintu masih 50 cm, melihat statistik jarak pergerakan ku tadi, aku gundah.
-------------------------
STASIUN JATINEGARA…
“misi mbak…” “akhh…” “misi mas” “akhhhh…”
“akhk……” “akhkk……” “saya mau keluar”
“aduuuu, akhkkkk, adu adu, akhhkkkkk”
*pintu kereta tertutup*
.........................
“TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKK!!!!!"
::Mission failed::
------------------------
Akhirnya, dua stasiun transit tak perhasil aku turuni, aku kecewa sekali karena kenyataan jarak ku dengan pintu kereta cuma 50 cm. Apalah artinya itu (kalau kereta kosong)
Dengan segala syukur akhirnya aku bisa turun di stasiun Klender, turun dengan semangat juang tinggi, sampai-sampai karena dari tadi orang-orang si sekitar "tempelan" ku melihat usaha ku untuk turun ngak berhasil-berhasil, dan masih tetap berjuang untuk turun gak berhasil-berhasil di stasiun ini mereka sampe menyemangati aku…..
Dan dari Klender aku harus balik lagi ke Jatinegara, untuk transit ke stasiun Duri. haah…. Kapan ya masalah transportasi kita bisa enak…
Yang kasihan adalah penumpang wanita, karena keterpaksaan dan keadaan ini, mereka tak punya pilihan lain selain berhimpitan dengan penumpang pria. Ini menjadi dilema di Ibu kota, ngak di Bus, ngak dikereta keadaan nya sama. tak ada pilihan jika memilih angkutan umum untuk kendaraan pulang pergi kerja. oh, ada satu pilihan yaitu menunggu gelombang orang pulang habis, dengan sedikit resiko agak kemalaman. (Tapi untuk jurusan Bekasi aku ngak tahu, soalnya ku perhatikan kereta Bekasi penuh melulu)
Di Busway, sore menjelang sangat sore
Sepulang dari Kelapa Gading, rencana nya sih aku mau cari rute baru pulang ke markas (baca : kosan) dengan moda transportasi yang lain. Dari halte Busway Pulo Mas aku turun ke Halte Busway Juanda dan langsung melipir ke stasiun juanda. Rencananya aku mau naik kereta dari Juanda, transit di Manggarai dan sambung ke stasiun Duri. Itu rencana nya…
Macet di Busway membuat aku jadi agak telat shalat asar. Ini adalah pertama kali aku masuk stasiun Juanda, aku buta kebiasaan di stasiun ini tak tau pula teknik naik kereta jika berada di stasiun ini keika jam pulang kantor.
Begitu masuk ke peron (tempat nunggu kereta). mata ! mata kawan ! mata ku terbelalak melihat kerumunan orang yang “membanjir”. Akhirnya sampailah kereta jurusan Bekasi yang sudah penuh (tetapi agak lega dikit ditandai dengan aku bisa nyelip). Tetapi keadaan berubah di dua stasiun berikutnya, kereta yang sudah penuh ini terus dipenuhi oleh penumpang yang terus memaksa masuk.
Di dalam kereta itu, aku terdorong masuk sekitar setengah meter dari pintu kereta. berhentilah kereta di stasiun berikutnya, orang-orang tetap memaksa masuk, padat dan terus memadat, kami saling berhimpitan, tidak ada celah sedikitpun bahkan hanya untuk menggerakkan badan, hanya kepala yang berhasil di “celingkuk-kan” dan tangan yang menggapai-gapai gantungan tangan.
Kereta jurusan Bekasi di stasiun jatinegara yang sudah penuh, tetapi tetap dipaksa untuk terus dipenuhin |
Karena saking mepetnya aku merasakan tangan seorang penumpang di “tempelan” ku gemetaran menggantungkan diri. Mau ketawa takunya dia tersinggung, mau nangis juga kayaknya ngak mungkin. Ah, Kalau digambarkan, keadaan kami disana seperti partikel zat padat yang terus dipaksakan untuk lebih dipadatkan lagi. atau bersinonim dengan keadaan ikan sarden di kaleng-kaleng.
Ilustrasi susunan partikel zat padat, cair dan gas Sumber : http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/EKN_0605709/eni/wujud_1.jpg |
whaaaaaaaaaaaaaaaaaaattttttttsssss!!!!Akupun iktiar menggeliat serupa cacing menerobos tanah, bergerak meliuk-liukkan badan untuk keluar. Sementara gelombang orang masuk tak menyisahkan sejengkal ruang di pintu gerbang
Sambil meliuk-liuk aku memohon kesediaan penumpang lain untuk sedikit memberiku jalan. “Misiiiiii bang…..” “aduuuh”, “misiiiii aaaakh…”, “saya mau keluar akhh".
::TIME OUT::
Pintu kereta tertutup dan aku bergerak cuma 10cm. Bapak-bapak yang berada di "tempelan" ku berkata sambil tertawa. “Tenang mas, entar di Jatinegara pintu yang ke buka dua duanya”.Mendengar itu hati ku mekar. Stasiun Jatinegara adalah stasiun transit yang terakhir. Aku harus bisa turun di stasiun itu. Tetapi, jarak ku dengan pintu masih 50 cm, melihat statistik jarak pergerakan ku tadi, aku gundah.
-------------------------
STASIUN JATINEGARA…
“misi mbak…” “akhh…” “misi mas” “akhhhh…”
“akhk……” “akhkk……” “saya mau keluar”
“aduuuu, akhkkkk, adu adu, akhhkkkkk”
*pintu kereta tertutup*
.........................
“TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKK!!!!!"
::Mission failed::
------------------------
Akhirnya, dua stasiun transit tak perhasil aku turuni, aku kecewa sekali karena kenyataan jarak ku dengan pintu kereta cuma 50 cm. Apalah artinya itu (kalau kereta kosong)
TIPS ! Jika dengan sangat terpaksa naik kereta jurusan Bekasi di jam pulang kantor dari Juanda hanya untuk kepengen transit di Manggarai atau Jatinegara, nempellah di pojokan pintu kereta. Usahakan tidak terdorong kedalam.
---*---
ayoooo mas…. berjuangan mass…. semangat mass… ayooooo ayoooo….Aku beruntuk karena agak banyak penumpang yang turun di stasiun ini, tamun tetap harus menggeliat menerobos "zat padat" penumpang. "ayooooo mas... dikit lagiii...." sambil nyelip-nyelip aku cuma bisa tertawa geli melihat tingkah kebersahabatan itu.
Berhasil turun di stasiun Klender |
Kondisi berbeda untuk kereta jurusan Jatinegara – Duri yang lenggang dan AC nya dingin. |
Yang kasihan adalah penumpang wanita, karena keterpaksaan dan keadaan ini, mereka tak punya pilihan lain selain berhimpitan dengan penumpang pria. Ini menjadi dilema di Ibu kota, ngak di Bus, ngak dikereta keadaan nya sama. tak ada pilihan jika memilih angkutan umum untuk kendaraan pulang pergi kerja. oh, ada satu pilihan yaitu menunggu gelombang orang pulang habis, dengan sedikit resiko agak kemalaman. (Tapi untuk jurusan Bekasi aku ngak tahu, soalnya ku perhatikan kereta Bekasi penuh melulu)
0 komentar: