Adalah hal  indah jika kita punya alat yang membuat kita bisa terasa keren seketika. Bagiku alat itu bernama rambut. Kata pepatah rambut i...

Bagaimana apresiasi pada rambut bisa bercabang?

Adalah hal  indah jika kita punya alat yang membuat kita bisa terasa keren seketika. Bagiku alat itu bernama rambut. Kata pepatah rambut itu seperti mahkota, bagiku rambut mencerminkan identitas dan dan nilai-nilai estetika yang tinggi.

Aku tanpa pernah merasa bosan selalu menyukai gaya rambut gondrong. Bagiku gondrong itu, sangaaat.... sangat.... sangat apayah ? sangat berkarakter ! terutama yang ikal, bergelombang, keriting atau keribo ! bagiku model beginian sangat kontruksif, inovatif, struktural dan energik !

luar biasa...!

luar biasa sekali....!

Bukan tanpa sejarah kawan, aku sudah mencintai karakter gondrong sejak kelas empat es de. Aku punya rambut agak gondrong yang tumbuh subur dan merdeka akibat liburan panjang sekolah kala itu. Ya, seperti kau tau kawan, biarkan aku sedikit mengkritik estetika berpendidikan kita. Para pelajar di negeri kita ini sangat terkekang dan amat di batasi dalam mengekspresikan diri.

Jadi anak-anak sekolah terutama es de sampe sampe es em pe itu di haruskan berambut pendek. Padahal menurut pengalaman ku yang sudah pernah (nonton film) di luar negeri dulu, anak-anak sekolah disana banyak yang berambut panjang kok. Kalo gak percaya, lihatlah film-film impor saat musim liburan sekolah.

Nah, saat itu. setelah liburan panjang usai waktunya untuk masuk sekolah lagi, padahal rambutku saat itu uda lumayan panjang dan keren abis. Namun, ibuku sumpek melihat kegondrongan yang tak beraturan itu terutama kalo lagi bangun tidur. Berkali-kali ibuku bermaklumat agar aku segera pangkas supaya nampak lebih ganteng lagi seperti semula. Ia tak mau kehilangan kegantengan anak nya saat itu. Aku selalu berusaha meyankinkan beliau dan melobi agar rambut itu tetap panjang dan bisa ku pamerkan ke temen2 sekolah, diplomasiku saat itu mirip diplomat yang tengah melobi utang ke IMF. Namun.....

Malang, malang sekali saudara-saudara ku sekalian, aku menjadi minoritas saat itu, ibu ku ayah ku dan paman ku yang berprofesi sebagai seorang guru sepakat agar aku segera insyaf dari  gaya rambut cumbok itu. (cumbok adalah sejenis jin yang agak mirip sama buto ijo dalam mitologi kampung kami, dia ini berambut gondrong. Tapi tentu saja masih gantengan aku di bandingkan dia).

Alhasil, di suatu sore hari ahad dimana esok nya adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan. Rambutku, rambut gondrong kesayangan ku terkulai berguguran ke tanah bagai gugurnya dedaunan pohon mangga di musim kemarau. Mereka (helaian-helaian rambut ku itu) melayang-layang sebelum jatuh ke tanah akibat di potong oleh gunting sakti milik ayah ku. Aku merana sekali dan memasang muka cemberut di sepanjang proses pemangkasan yang amat ku benci saat itu.

enam tahun di SD adalah masa sulit bagi rambut ku untuk berkreasi, tiga tahun di SMP tak ubah nya seperti saat-saat  di SD. Tiga tahun di SMA prestasi jambul ku pernah mencapai 10 cm. Tentu saja setelah itu kembali ke 4 cm lagi. Di masa SMA ini ada temen ku yang berinisiatif memanjangkan jambang nya. Saat itu lagi musim rambut ariel peterpan yang jambang nya melengkung membabi buta. Namun, tau apa yang terjadi ? tau kah engkau kawan apa yang terjadi ? bagi yang kedapatan saat raziah dewan guru, para jambang akan di potong sebelah. Tak ada pilihan lain selain kemudian harus pangkas !

namun saat aku merantau ke banda aceh untuk pertama kali nya, rambutku mendapatkan sinyal-sinyal kemerdekaan. Pendeklarasian rambut gondrongpun di mulai. Saat itu aku mulai searching di google tentang gaya yang menurut ku keren.
Pilihan ku jatuh pada gaya ini ...


saat itu, ku pikir wajah model ini sangat modern sekali, wajah nya bersih bersinar. Awalnya aku ragu apakah ini perempuan atau lelaki. Kemudian aku melihat kumis di orang itu yang menisbahkan bahwa dia adara seorang lelaki. Tapi saat itu kumis lagi ngak nge-tren di jaman ini. Aku memutuskan tidak memilih rambut model itu.


Kemudian ku cari lagi, saat itu aku seneng ngumpul-ngumpul sama temen-temen, barangkali rambut gaya ini sangat cocok, gaya ini sangat komunitas sekali menurutku. Kau lihat kawan, sangat keren bukan? Bayangkan betapa jantan nya aku jika kongkow dengan teman memakai gaya seperti ini ?



Ah, tapi kata temen-teman gaya itu sudah tidak sesuai di jaman panji manusia milenium begini. Aku kemudian riset ke perpustakaan. Membaca beberapa tabloid remaja dan nonton film.

aku terkejut...!
Bukan main kawan, ternyata di zaman sekarang ini spesies manusia jauh lebih ganteng-ganteng. Kenapa aku baru menyadari nya ???!! ???!! (mulut menganga)

Kau lihat ini kawan, kau lihat...! lihat lah ini.... amboy....!!



kalo gak salah namanya tantowi yahya


Dan ini lagi, namanya irfan bagdim


masya allah.... elok bukan buatan rambut-rambut itu...

Ku sandingkan dua foto bagian pertama ku dengan dua foto bagian kedua, aku duduk menopang dagu memikirkan gaya mana yang paling sesuai dengan teksture dahi dan kontruksi kerangka wajah ku. Lalu aku berfikir keras. Keras sekali....


Lalu,

“ah... biarlah rambutku panjang apa adanya, walaupun tak sesuai estetika banyak orang tapi biarlah, biarlah norak begini. Karena ini soal rasa, ini soal seni, ini soal mahakarya dan tentu saja ini soal kerinduan yang amat lama di nantikan rambut ku. Sebuah momen kemerdekaan". kataku dalam hati

lalu, orang belitong ini pun mengucapkan selamat atas penemuan rasa dan seni mahkota dewa yang ku dapat dari hasil perenungan setingkat aris toteles itu.


Kata nya begini :
“adinda, elok itu adalah sebuah rasa. Kau tau adik ku, betapapun coklat itu enak, tak semua orang suka dengan rasa coklat. Kau suka coklat ?” tanya dia.

“suka abangda” jawab ku sambil mengangguk takzim.

“ini ada uang dari royalti novel edensor abang , beli lah coklat sana ......”

Akupun berlari ke indomaret membeli coklat, banyak sekali....
Kemudian orang berambut gondrong yang satu lagi muncul.

woow...! rupanya pak rendra datang. katanya Ia sangat inggin membacakan puisi untuk ku.

ini puisinya :
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mahkota dewa
Oleh : renda

Sepoi sepoi menggeliat cerdas di atas cendela......
Kaca-kaca kamar koskosan tenang menatap wajah mu
Teduh, damai, di temaram lampu-lampu senja....
Aku bangga....
Aku bangga......
Bangga dengan model rambut mu.....

Muncullah kemerdekaan yang terkekang.....
Meletuslah kerinduan sepanjang zaman.....
Ini waktu...
Adalah  waktu mu....

Apakah rambut mu sudah panjang zahri ?

----------------------------
||         Pause     ||
----------------------------
Heh... rupanya dia lagi nanyak ke aku di tengah-tengah puisinya nya itu... dari indomaret di seberang jalan aku mengeleng-ngelengkan kepala.

------------------------------
|>          play      |>
------------------------------

Kalau begitu,
Panjangkan lah.....

----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku pun berlari kencang menjumpai pak rendra dan bang andrea yang duduk di terminal ojek. Ingin menyalami nya se-erat erat nya dan berterimakasih atas dukungan dan puisinya itu. Kemudian kamipun makan coklat bersama.
:D
Bandung, menjelang hari kemerdekaan indonesia
14 agustus 2013

Atas nama rambut seluruh rakyat indonesia

Muhammad zahri

-----------------

0 komentar: