Saat itu, shalat magrib baru saja usai, gelap baru saja turun dari langit, beberapa derikan jangkrik malam mulai terdengar, karena aku anak kontrakan yang sangat mandiri, makanya aku sering masak sendiri, biasanya sembari menunggu beras yang ku masak di magic jar tua ku, aku paling doyan merebahkan badan di tempat tidur yang sprei nya berwarna hijau muda, kalau pikiran ku lagi canggih, biasanya aku membaca buku atau main game fenomenal nokia yang sudah ada sejak zaman dahulu yaitu “snake” alias ular ! atau menjadi pendengar radio internasional jerman DW, selalu begitu setiap malam.
Aku sedang tak berminat main game Ular, mendengarkan radiopun tidak, membaca buku jadi pilihan terakhir, ada sebuah buku karya seniman kondang Putu wijaya yang telah berabad-abad tak kunjung tamat ku baca. Di dalam kamarku berlembar-lembar buku kecil itu terbalik-balik mengenaskan kulahap. Tiba-tiba datang seseorang, oh teman serumahku, ia berniat meminjam handphone rupanya, mau menelephone seseorang katanya, HP ku yang masih kaya raya paket jagoan serbu dengan sangat dermawan, dermawan sekali, sungguh sangat dermawan, cara aku memberikannya itu loh, dermawan sekali, aduhai dermawan nya aku… hahahahaha….
Menurut info yang ku akses di bintang delapan delapan sembilan pagar (*889#) aku memiliki sekitar 8 menit jagoan serbu lagi, oh.. rupanya itu sisa jagoan serbu bekas yang ku pakai. Pantas saja aku begitu dermawan..
“ri, ada daftar paket ?” sang teman bertanya.
“oh ada, tu di atas lemari” jawabku tulus penuh dengan prinsip-prinsip kedermawanan.
Sang teman kebingunggan mencari-cari dimana sih HP orang dermawan itu di letakkan.
Aku mengerti gelagat kebingungan itu, langsung saja ku monyongkan bibirku sebagai pengganti telunjuk menunjukkan dimana letak HP yang telah di bumbuhi azas-azas kedermawanan itu.
Ia pun menemukannya. Dia senang, sementara aku kembali meneruskan kegiatan membaca ku.
setelah menggondol HP ku, sang teman minggat ke kamar nya, kamar ku dan kamarnya Cuma di sekat oleh triplek tipis, hal ini berdevinisi kalau doi ngomong aku dengar, dan kalau aku ngomong doi dengar* (*syarat dan ketentuan berlaku).
Sebenarnya aku tak peduli lagi setelah dia membawa handphone ku, mau nelfon siapapun oke saja, aku masih terus berusaha focus membaca buku putu wijaya yang mulai lusuh itu. Dari desas-desus yang tampa izin masuk ke gendang telingaku, terdengarlah samar-samar (aslinya terdengar jelas sekali) suara percakapan mereka, tampaknya teman ku itu sedang berbicara dengan pacarnya !
Dari percakapan awal-awalnya sih aku tidak begitu terganggu, tetapi sebuah bunyi tiba-tiba mengusik-ku..!
“emmmuach….”
Proses membaca ku terganggu, aku tiba tiba berhenti membaca, dan memarkirkan buku ku di tepian bantal,dahiku mengkerut tanda penasaran dan kebingungan sembari mencoba berkonsentrasi dan berharap bunyi itu muncul lagi, lama sekali ku tunggu..
Muncul lagi……
“emmmmmmuuuuuuuuaacch”
Mulutku menganga melongo, dahi-ku makin berkerut, aku tak mengerti,…
“Kata-kata apa itu barusan ?” tanyaku dalam hati
ingin sekali ku pinjam kamus besar bahasa Indonesia untuk mencari arti dari bunyi itu…
Mendadak pikiran ku mudik ke beberapa pengalaman di masa lalu saat aku tinggal bersama teman ku yang lain, dia juga pernah mengeluarkan bunyi itu ketika berbicara kepada pacarnya..
Lama sekali aku mencoba mengingat-ingat, akhirnya sejenis wahyu datang,
Zling….!
Ingatan ku pulih, ternyata bunyi “eummach….” Adalah jelmaan dari sebuah ciuman. Ciuman yang telah bermetamorfosis menjadi bentuk audio..
Wah wah wah…..!
Terdengar lagi…
Ummmmmuach muach muach…..! muach…!
“Huuuahahahahaha…..” hati ku terbahak-bahak.
Biarbagaimanapun, aku geli mendengrnya, aku ketawa ketiwi sendiri setiap jelmaan ciuman itu di kumandangan, perlu kau tahu kawan, aku sama sekali tak berniat mengupingi percakapan mereka, itu adalah zona privasi mereka yang harus ku hargai, namun apa mau di kata, dinding tripleks tak mampu meredam suara itu, aku terus berupaya untuk focus saja pada bacaan ku, terus focus ! beratus kali aku bekonsentrasi terhadap bacaan, berjuta kali bunyi itu mengacaukan konsentrasi ku….
Kurang ajar sekali …!
Eh, belum habis kekesalan ku, tiba-tiba, sesaat kemudian muncul lagi suara yang lagi-lagi mengejutkan ! begitu dasyat, membacaku berhenti lagi. kali ini buku bacaan ku langsung ku lempar…!
Tapi, ini sangat privasi kawan. Ah, aku malu menuliskan nya…!
Bersediakah kalian jika aku menghentikan tulisan ini ? bersediakah kawan ?
Oh yaampun, sifat ingin tahumu ituloh yang membuatku tak kuasa untuk menuliskan lagi untuk mu….
Baiklah, Suara selanjut nya ini adalah suara jeplakan tombol magic jar tua ku yang menandakan nasi sudah masak !
“JEPLAK …!”
Yeaaaaaaaaaaaaaaaaaah, nasiku sudah masak, saat nya makan………!!
Sekian dulu ya..!
Assalamu’alaikum…..!
Ba’da magrib di kontrakan ku yang ada di Alaska.
Penulis : Mohammad Zahri
wak suko baco2 tulisan u, kawan..dma dpt ide tu kwn?
ReplyDeleteterimakasih kawan, awak juga indak tau. tampaknyo muncul begitu sajo... hehehe
Delete