Gambar petaka Siang ini begitu panas, murid-murid seperti tidak tahan menyerap guyuran ilmu yang di tuangkan ibu nurlaili guru sastra ka...

ngetes buat cerpen

Gambar petaka

Siang ini begitu panas, murid-murid seperti tidak tahan menyerap guyuran ilmu yang di tuangkan ibu nurlaili guru sastra kami. Sebenarnya bukan karna guru atau pelajarannya, namun karena ruangan kelas kami yang selalu panas jika sudah siang-siang begini.

Siswa siswa mendengus sembari mengipas-ngipaskan buku ke badan mereka, mencuri sisa-sisa angin yang tidak bergerak sedikitpun di ruangan ini, murid laki-laki secara tidak peduli membuka sebagian kancing baju mereka, sementara murid perempuan mengibas-ngibaskan jilbab mereka ! panas bukan main. Celakanya pelajaaran ini baru di mulai. Berarti masih ada sekitar dua jam lagi !

Di kelas, aku bersama faisal duduk pojok kiri paling belakang ruangan, hal ini memungkinkan kami dapat memantau semua gerak-gerik murid yang mencurigakan, di pojok kanan sana, iskandar terkantuk-kantuk hampir tertidur, sementara di bagian tengah, taufik bolak-balik menguap, mungkin mereka sedang berlomba siapa yang paling cepat tertidur.

Aku dan faisal adalah siswa yang tidak banyak berbuat onar, di buku kejahataan sekolah, nama kami tidak pernah tertulis disana, kami benar-benar bersih dan kami bangga atas prestasi keteladanan itu. Kami punya cita-cita yang begitu luhur, cita-cita itu adalah bertekad sekuat tenaga dan berupaya semaksimal mungkin agar kami bisa lulus dari SMP ini dengan tidak meninggalkan sedikitpun masalah di sekolah.

Agung sekali cita-cita itu bukan ?!

Namun, di hari ini, di ruangan yang sepanas ini, cita-cita luhur itu telah meleleh..! aku hampir tidak mempercayai kejadiah hari ini, seolah mimpi, namun ini nyata, berharap waktu dapat terulang beberapa menit saja namun harapan itu sia-sia.

Faisal menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mulutnya berkali-kali menganga,  bahkan ia juga menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya, cukup jelas. Gerak gerik ini menunjukkan ia menyesali perbuatannya.

Kami baru saja di keluarkan dari kelas sastra ibu nurlaili. Di atmosfir kelas yang memang agak membosankan karena ruangan panas, faisal secara tidak sadar menunjuukan keahliannya, ia memang sangat jago menggambar, piawai sekali..

Namun kali ini,kemampuan itu ia pamerkan di tempat dan suasana yang sama sekali tidak tepat.
Di tengah kebosanan semua siswa, berarti termasuk aku dan faisal. Faisal mulai mencoret-coret kertas, awalnya aku tidak peduli dan tetap menyimak semampuku pelajaran sastra buk nurlaili.

Tiba-tiba, faisal tersenyum-senyum sendiri, Lama-kelamaan aku penasaran dengan apa yang ia gambar. Aku mengintip gambar yang ia buat, namun dengan serta-merta segera ia tutup dengan kedua tangan nya.

Aku mencurigai sesuatu yang tidak beres.

“Gambar apa kamu sal ?” tanyaku penasaran.

“ah, gak ada” jawabnya sambil tersenyum-senyum.

Aku semakin penasaaran teradap gambar itu, ku rebut gambar itu agak kasar.
Ia mencengkram kertas itu sangat erat. Laksana cakar elang.
Ku tarik lagi tangan nya, faisal tidak mau kalah, tangan ku hampir di gigit supaya menyingkir, kami tak sadar, ternyata kursi-kursi kami bergeser-geser dan gaduh sekali.

“ehm……”  seseorang berdehem.

Kami masih berebut kertas.

“ehemmmm…..”

Tetap masih belum sadar.

“eheeeeeeeeeem”. Oh ternyata ibu nurlaili yang berkali-kali berdehem.

Aku dan faisal berpandangan, tiba-tiba tercium sesuatu yang berbau sangat angker. Faisal menelan ludah, tak berani menoleh. Demikian juga dengan aku. Semua sisiwa memandangi kami. Tentu saja termasuk ibu nurlaili juga.

Ibu guru mendekati kami.

Jantung ku menciut, faisal meledak !

Bibirku gemetar, ingin berteriak, suara ku tersangkut entah dimana, seakan bisu.
Aku ingin mengecil saja dan menjadi semut lalu melarikan diri bersembunyi di laci meja. Faisal tiba-tiba ingin mempelajari ilmu menghilang.

Malang betul, ibu guru makin mendekat dengan tatapan yang sama sekali tidak bersahabat beliau bersabda :

“ngapain kalian ?” tanyanya begitu ganas.

“e….. em….., anu bu, itu... e.... anu” faisal tiba-tiba gagap.

“apa nya yang anu?!” bu nurlaili agak membentak. Memandang faisal lalu memandang ku.

Badan ku dingin, faisal masih kembang kempis

“si zahri, anu bu…” masih gagap.

“apa nya yang anu?!” bu nurlaili meledak bagai bom di hirosima.

“itu bu, faisal menggambar sesuatu” jawabku di sertai dengan gemeletak tulang tengkorak.

 “Apa yang kau gambar sal “ Tanya bu guru lagi. Gejolak amarahnya masih terbakar

Akhirnya faisal membuka kertas itu, dan ada gambar yang mirip seperti aku namun di renovasi sehingga bentuknya jelek sekali. Rambut ku di gambar jadi helm, bibir ku di renovasi jadi panjang sekali Dasar faisal, tega sekali dia..

Ups,  apa itu, aku melihat gambar lainnya lagi.

“astagfirullah, itu adalah gambar ibu nurlaili yang telah di lencengkan juga”
gambar itu jelek sekali.

bom atom meledak, ayam dan kambing berlarian ketakuatan, gunung meletus, petir menyambar !
Aku dan faisal bergemining.

“Ini siapa sal?” Tanya bu nurlaili marah. Beliau marah sekali

mungkin ibu nurlaili merasa tersinggung melihat gambar petaka itu. faisal hanya diam.

“Keluar kamu,”  telunjuk nya mengarah ke arah pintu.

“dan kamu juga zahri” ia menatapku

“kalian telah membuat keributan di kelas, dan tidak menghargai saya “.

semua murid memandang kami, menyaksikan kemalangan kami di usir dari kelas. keluar dari kelas di saat jam pelajaran bukanlah ide yang bagus, ibarat pepatah mengatakan, keluar dari kandang ayam masuk ke kandang singa, atau mungkin kandang naga. Karena kau tau kawan, Setiap hari  kepala sekola secara aktif dan disiplin menyisir semua sudut sekolah, memburu setiap siswa yang mencoba untuk membolos atau bertindak tidak siswawi (sejenis manusiawi). kalau kedapatan, biasanya nasib siswa berakhir dengan hukuman maha aneh yang membuat setiap siswa menyesal.  Dan saat ini aku dan faisal sedang berada di luar saat jam pelajaran, tidak ada satupun siswa yang mondar-mandir di halaman, saat itu, halaman sepi sekali maka secara otomatis kami terancam !

ah, baru beberapa menit kami memikirkan keangkeran kepala sekolah, rupanya di dekat lapangan volly sang kepala sekolah terlihat sudah mondar-mandir menjalankan operasinya.

“Mati kita, itu kepala sekolah.....! “  kata ku sambil menunjuk arah lapangan

"Baiklah sal, kita harus saling membantu untuk lolos dari bencana ini". Aku menyarankan.

faisal mengangguk.

kami merunduk-runduk di balik bunga pagar yang tumbuh di dekat koridor, berusaha menjauhinya sejauh mungkin. Kepala sekolah terus jasa melakukan perburuan, dan kami ibarat tikus yang di kejar-kejar kucing, sembunyi di balik drum, merayap di balik bunga-bunga, negosiasi sama ibu kantin untuk sekedar sembunyi, namun katanya tidak bisa lama-lama dan pada akhirnya kami terpojok di pojokan sekolah, dan ini adalah tempat persembunyian kami yang terakhir. celakanya itu adalah bekas WC yang baunya busuk sekali.

" ri, jangan kesini lah, kita cari tempat lain aja ya..!" faisal memohon.

"tidak mungkin sal, semua tempat sudah kita coba, dan kita sudah terpojok, lihat kepala sekolah sedang menuju kemari, ayo masuk saja dan bertahan lah".

sebelum memasuki ruang WC yang gelap gulita dan bau nya mematikan itu, faisal menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. akhirnya kami masuk.

pintu yang tidak memiliki kunci itu kami tutup dan kami tahan dengan tangan supaya tidak terbuka, kami pasang mata kami di sela-sela lubang untuk memantau pergerakn kepala sekolah.

Gelap, pengap, dan baunya bukan main.

muka faisal padam karena menahan nafas.

lama, lamaaa sekali kami terperangkap di sana, akhirnya saat yang mendebarkan tiba, kepala sekolah terlihat menuju ke arah kami, langkah kepala sekolah terdengangar mendekat.

"aih, dia kemari sal....!" aku panik

"udah jangan ribut kau..!" timpalnya balik.

Tik........tok....... tik.......... tok.......... tik......... tok..........

Satu detik di WC busuk setara dengan 8 abad rasanya di kehidupan nyata, oh, rupanya kami sudah dua puluh menit terperangkap di ruang gila ini, faisal yang dari tadi megap-megap menahan nafas mulai pitam kehabisan oksigen, kami gelisah, ruangan WC itu sangat penat dan panas, baju kami telah basah kuyup karena keringat.

sampailah kepala sekolah di dekat bagunan wc tua ini. Kepala sekolah mulai mendekati WC, dan sekarang dia berdiri tepat di depan pintu WC sembil menutup hidung. dan, di tempat lain yaitu di dalam ruangan WC yang bau ini dua manusia tertumpuk bagaikan ikan sarden di dalam kaleng.

Karena kepanasan dan menahan bau busuk plus ketakutan maka kami jadi lemas, bola mata faisal mulai berputar-putar, nampaknya dia mau pingsan.

ah, ternyata faisal benar-benar pingsan.

"woi sal, jangan mati dulu,"  aku berbisik agak panik sambil mengoyang-goyang badannya.

akhirnya dia lungsur, dia terjatuh, aku menahan badan nya namun karna aku juga sudah kehabisan tenaga aku juga jatuh.

brak....!

gedebuk.....!

pintu WC terbuka karna kami terjatuh,  dan kami terjatuh tepat di depan kepala sekolah, beliau terkejut setengah mati, aku tambah lemas melihat sosoknya , pandanganku putih dan kepalaku pusing.
Aku ikutan pingsang bersama faisal yang sudah pingsan sejak tadi.

selanjutnya, aku tidak tau lagi apa yang terjadi. semua jadi putih kecuali Ruangan WC itu.


Tamat
penulis : Mohammad Zahri


================
cerpen ini terinspirasi dari suatu kejadian di sekolah ku saat aku masih SMP, ini adalah jenis cerita fiksi yang sebenarnya sudah lama ku tulis atas permintaan seseorang. Dan ini bisa di bilang cerpen pertama yang berhasil aku buat.
tokoh faisal dalam cerpen ini adalah sahabat ku yang namanya benar-benar faisal mahasiswa seni rupa di unsyiah yang sekarang sudah jago melukis.ketika di smp karakter kami hampir mirip seperti mahar dan ikal. karena ketika SMP si faisal jago seni dan aku punya rambut keriting hehehehe..

0 komentar: