Seumur-umur, saya baru pertama kali datang ke Candi Borobudur. walaupun panas, tapi saya suka tempat ini.  Waktu saya masih SD - ...

Akhirnya Sampai Juga ke Candi Borobudur

Seumur-umur, saya baru pertama kali datang ke Candi Borobudur. walaupun panas, tapi saya suka tempat ini. 

Waktu saya masih SD - di Aceh, ada teman yang pulang ke Jawa, disekolah dia senantiasa bercerita tentang candi Borobudur kepada saya dan teman-teman. Saya suka mendengar ceritanya. Nasib baik menghampiri, ternyata puluhan tahun setelah cerita itu saya berkesempatan mengunjungi candi ini dan menyentuhnya dengan tangan sendiri.


Bahkan, dari Jogja saya sudah merencanakan bakalan ngapain aja di stupa Candi, salah satu nya adalah saya merencanakan berfoto seperti ini dan membuat caption foto “ memeluk Indonesia”. Saya benar-benar melakuakn nya. hihihii.

Ternyata candi Borobudur itu besar sekali, dari jauh bentuknya seperti gunung, Taman-taman di sekitarnya juga asri.



Candi ini diperkirankan di bangun sekitar tahun 800-an Masehi, di era wangsa syailendra. Lihatlah betapa lama nya itu, sungguh menakjubkan bangunan ini masih kokoh hingga sekarang.

Cagar Budaya sekaligus Mahakarya Seni Rupa

Karena saya juga suka dengan Seni rupa, melihat ukiran patung-patung di dinding candi saya takjub. Walaupun karya ini di ciptakan orang orang di masa lampau, namun rasa seninya sangat luar biasa.


Menurut Wikipedia dinding Borobudur dihiasi setidaknya 2.672 panel relief. Borobudur juga fikenal sebagai cagar budaya yang memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Disini saya juga melihat banyak patung-patung dewa dan tentu saja patung Budha.

Untuk kenang-kenangna pernah ke Borobudur, saya sempat mengambil foto di dekat salah satu patung Budha nya.


Pada akhirnya saya merenung, kenapa orang jaman dahulu berniat membuat karya sebesar ini, membuat patung-patung sebanyak ini tentu butuh effort yang sangat besar.

Saya yakin di jaman dahulu membuat bagunan dan karya seni sekeren ini pasti tak luput dari korban jiwa. Menyusuri koridor-koridor budaya, melewati stupa-stupa yang indah, disetiap langkah itu saya mengugurkan rasa takjub di setiap langkahan kaki.
Hingga akhirnya saya sampai ke candi yang satu lagi, Prambanan….

Magelang, 2016

0 komentar:

Stasiun Kereta Lempuyangan 10 September 2016 Perjalanan seharian kami yang melelahkan akhirnya sampai di titik nadir, stasiun Lempuyang...

Menikmati Sensasi Pertama Datang ke Jogja

Stasiun Kereta Lempuyangan 10 September 2016


Perjalanan seharian kami yang melelahkan akhirnya sampai di titik nadir, stasiun Lempuyangan adalah tujuan terakhir kami, beberapa kali aku mengerjapkan mata, seolah-olah yang ku lihat adalah ilusi, Aku ada di Jogja !

Jogjakarta kota budaya yang indah mengundang kami untuk liburan disini. Bagiku, sampai ke Jogja merupakan kebahagiaan tersendiri.


Aku menarik napas dalam-dalam begitu keluar dari gerbong kereta, ku luruskan kaki yang berjam-jam terperangkap di kereta ekonomi. kurasakan udara malam jogja yang dingin masuk ke paru-paru ku. ah, udara Jogja, seperti ini rasanya udara Jogja.

Tak jemu-jemu aku memandanggi arsitektur staiun kereta Lempuyangan, magis, mistis, dan kental sejarah. kulihat jam di hape 19.51 pm. Tidak terlalu malam.

aku dan teman-teman segera menghambur keluar stasiun untuk mencari penginapan yang sudah kami pesan saat diperjalanan tadi, susah betul mencari hotel yang dekat dengan Malioboro jika liburan begini, semuanya penuh, tapi untungnya kami dapat satu. Dan tidak terlalu jauh dengan Malioboro.

Badan lelah rasanya hilang ketika sampai di Jogja, kebetulan malam ini adalah malam minggu, di sepanjang jalan malioboro membludak manusia-manusia, kami bergegas ke penginapan untuk mandi dan sholat isya agar bisa segera menikmati Jogjakarta malam hari.

Tak usah berlama-lama di penginapan, karena itu bisa membuang waktu, setelah semua nya beres kami merayapi trotoar di jalan malioboro dan mencoba mampir ke salah satu lesehan nya. Disini aku menelpon ayah dan ibuku, aku katakan kebeliau bahwa aku sampai ke Jogja, ku janjikan mereka akan ku belikan oleh-oleh dari jogja. mendengar itu mereka senang.

Lesehan yang sambelnya pedes


Apa kata pohon Waru jika sampai ke Jogja tapi tidak makan Gudeg? hehehe... ku pesanlag seporsi gudeg dan satu teko teh poci dengan gula batu di lesehan ini, teman-teman mesen macem-macem. Si Nawier entah mesen menu apa yang jelas sambel nya pedes banget. lidah ku meledak...! pedes banget..

Penampakan Lesehan nya


Farhan menelan makanan dengan enzim selusase nya

Nawier membolehkan aku mencicipi sambel yang dia pesan, lalu aku menggelepar.

setelah mengisi perut yang kelaparan, kamipun bergegas meuju patung tugu, salah satu episentrum dan daya tarik wisatawan ada disini

Mirip tugu Simpang lima di Banda Aceh, Ya?!




Tentu saja, dengan gaya yang norak, kami tidak melewatkan untuk berfoto di jalan Malioboro. Sebuah jalan yang fenomenal.





Setelah puas menjelajah malioboro, besok nya, kami ke Borobudur.

0 komentar: