Aku mulai menyukai seni semenjak kuliah di Banda Aceh. bukan karena aku mengambil jurusan seni, melainkan aku bertemu kembali dengan sahaba...

Belajar melukis dan mengenal seni dari Faisal

Aku mulai menyukai seni semenjak kuliah di Banda Aceh. bukan karena aku mengambil jurusan seni, melainkan aku bertemu kembali dengan sahabat SMP dan SMA luarbiasa ku, seniman rupa dari kabupaten Nagan Raya - Aceh, Faisal.
faisal
Faisal (foto: Istimewa)
Faisal adalah salah satu dari dua seniman rupa yang lahir dari lingkaran pertemanan sekolah ku. Kemampuan seninya makin menggila ketika ia mengambil jurusan Seni di Unsyiah. memang sejak sekolah dahulu, ia sudah amat piawai dalam menggambar.

Dahulu, saat di Banda Aceh di semester-semester awal kuliah kami, setiap minggu saat tidak ada jadwal di masing-masing kampus, aku sering mengajak faisal jalan-jalan membuang kepenatan. kami membaca buku di perpus, atau menikmati bersepeda bersama keliling kota.

Karena sering bertemu ini, Faisal sering bicara tentang seni, khususnya seni rupa yang merupakan spesialisasinya. Ia sering mengajak ku mengunjungi jembatan Lamnyong berburu sapi untuk dilukis atau dia juga sering melukis bangunan-bangunan dan apasaja yang menarik minatnya.

Dari beberapa hasil lukisan yang ia tunjukkan pada ku menurut dia saat itu hasilnya jelek. Namun dimataku itu sudah lebih dari sempurna. memang rasa yang dimiliki seniman seperti Faisal tidak sama dengan rasa seni rakyat jelata seperti aku ini. Tau apa aku soal seni? Faisal rajin melukis karena lukisan itu adalah tugas kuliahnya.

Suatu sore yang lelah dilantai dua masjid kampus Unsyiah dia pernah menceritakan kepada ku tentang filosofi garis.

“Cuma ada dua garis di dunia ini, Jar” katanya sambil tiduran dilantai masjid sehabis shalat asar.

Aku kebingungan.

“Garis lengkung dan garis lurus” sambungnya pelan sembari menatap langit-langit masjid.

Ia kemudian menujuk pola arsitektur kubah diatas kami. "Itu garis lengkung" kemudian ia memalingkan pandangannya ke kiri ada tembok yang ia pandang.

“Itu garis lurus, semua benda terbentuk dari dua garis tadi. garis lurus dan garis lengkung atau gabungan dari keduanya. bahkan garis miring adalah garis lurus. gelombang adalah garis lengkung”

Wah benar juga kataku dalam hati. sebelumnya aku sama sekali tidak kepikiran bahwa semua benda di dunia ini terbentuk dari dua garis ajaib itu. jalan, pohon-pohon, awan semua berkomposisikan dari garis lurus dan lengkung. Luar biasa! rasa memahami yang sangat dalam sekali.

Pelajaran tentang garis ini adalah salah satu pelajaran seni yang pernah ia ajarkan kepada ku. walaupun mungkin maksudnya sedang tidak mengajar. tapi mungkin ia tidak tahu bahwa aku juga senang meresapi apa yang selalu ia katakan tentang seni. bahwa sama seperti dia, aku juga merasa menyukai seni.

Magnet-magnet Eropa
Setelah menonton film sang pemimpi, membaca kisah mahar sang seniman di novel laskar pelangi, dan kemegahan eropa yang tersirat pada novel edensor. seperti ribuan pemuda Indosesia yang rasa optimisnya meledak-ledak karena tersetrum karya Hirata, kamipun jadi punya mimpi untuk pengunjungi eropa juga. mengunjungi eropa sang benua penuh seni. Entah itu impian di siang bolong atau apa, tetapi setiap memikir Eropa kami jadi jauh lebih membara, bugar tiada tara seperti sehabis minum jamu. kekaguman kami terhadap eropa dilandasi dari nasib seni yang berkibar merdeka di benua itu. paling tidak itu sesuai yang tergambarkan pada hikayat tetralogi laskar pelangi buku panduan motivasi impian yang dibuat Andre Hirata yang juga menyukai seni itu.

Selain Soal garis, Faisal juga pernah bercerita tentang apresiasi seni, atau tentang memahami rasa dalam seni. Aku sering mendapat banyak kesempatan duduk di dekatnya melihat bagaimana cara dia melukis, ia juga sering menceritakan tentang rasa. Rasa saat ia merasakan mata saat melukis mata. Menceritakan pada ku tentang merasakan wajah saat dia melukis wajah. merasakan tombak yang tertancap di danau disamping Markaz Dakwah Al Islah di Beurawe saat dia melukis tombak itu disana. Rasa kawan, rasa amat berharga dalam membuat karya seni…

Lihatlah Sal….
Leonardo Da Vinci (sumber : www.kingsgalleries.com)

Suatu hari Faisal pernah mengajakku main-main ke Unsyiah. dia mengajakku kesalah satu bagunan yang ada di fakultas Sendratasik (Seni, Drama, Tari dan Musik). seperti biasa dia mengeluarkan benda yang tak asing dari tasnya. dua lembar kertas putih dan pensil.

“Coba kau gambar satu karakter manusia”

Inilah kali pertama Faisal menyuruh ku melukis. Terkesan seperti Andrea del Verrocchio mengajari Leonardo da Vinci melukis pada saat usia belia. Tetapi melihat karya ku seperti itu, menyandingkan dengan kemasyuran nama Leonardo sepertinya ini tindakan yang terlalu brutal dan berlebihan. he he he  Faisal mencoba memberikan pelajaran :

Belajar melukis dengan pensil

Aku dan Faisal mulai menggambar sesosok orang, Gambar Faisal bagus, namun karya ku sudah dapat ditebak, aku menggambar karakter manusia yang tak menggambarkan manusia sama sekali sangat mainstream seperti lukisan anak es de (anak es de yang tiada suka menggambar tentunya). Padahal didalam kepala ku rancangan desain orangnya cukup mengesankan, namun setelah digoreskan tangan dikertas ternyata hasilnya sama sekali tak sama. aku frustasi melihat gambar ku sendiri. aku menyerah dan tak mau melanjutkan. Faisal hanya tersenyum dan terusmelanjutkan lukisan nya.

"Terus belajar, Jar" Pesannya singkat.

Kini sudah bertahun-tahun peristiwa itu lewat, setelah terus berlatih, kemampuan menggambar ku sepertinya udah agak lumayan (tentu jika dibandingkan dengan gambar manusia abstrak berkualitas rendah yang ku gambar tadi). Beberapa hari yang lalu aku belajar di youtube dan mulai menggoreskan lagi gambar ku dikertas, dan sepertinya hasilnya sudah agak lumayan, dari yang biasanya yang entah gambar apa.

Sal, kalau kau baca tulisan ini aku mau tunjukkan ke kau hasil belajarku selama ini, Terimakasih atas semua pelajaran seninya.

1















2[3]
3
4
5
6
7

0 komentar: