Siapapun yang pernah jadi anak SMA, aku rasa  kalian merasakan Sesuatu yang sangat kontras terjadi di dunia persilatan jurusan anak-ana...

Cerita-Cerita Masa SMA yang tidak selalu berwarna PINK ! ada di tulisan ini !!


Siapapun yang pernah jadi anak SMA, aku rasa  kalian merasakan Sesuatu yang sangat kontras terjadi di dunia persilatan jurusan anak-anak SMA, yaitu :
Anak IPA dan anak IPS. Ada hal-hal yang mungkin saja kalaian rasakan ketika di SMA dulu atau sekarang (bagi yang masih SMA).Dan aku tetap mencurigai kejadian ini masih terus terjadi hingga sekarang, bolehlah ya kalau aku ceritakan sedikit sejarah remang-remang ku dan kawan-kawan pas era aku masih berbentuk dinosaurus yaitu pas aku masih berwarna Putih Abu-abu.

Cerita ini menggambarkan gaya hidup anak-anak IPS dan anak-anak IPA yang terkesan terkotak-kotakkan oleh sistem yang mungkin saja agak salah. Tulisan ini tentu saja base on pengalamnku sebagai anak SMA kampung (bukan SMA kota yang cenderung modern). Sebagai orang kampung, otomatis aku sama sekali gak punya kualifikasi untuk menjabarkan kehidupan anak SMA kota yang kebanyakan kece-kece dan pinter-pinter nya minta ampun. Karena dari kampung, maka sudut pandang tulisannya dari kaca mata khas orang kampung.

Nah, Kira-kira kalo ngeliat bentuk ku sekarang ini, menurut kalian pas SMA, aku ini dulu jurusan apa coba?
Hayoooooo, IPA ato IPS ?


Yok kita lihat,
Kehidupan SMA adalah awal dari kemandirian ku, saat pertama kali lulus dari SMP, aku dan teman-teman bertekad mengurus segala keperluan pendaftaran secara pribadi. Tes ini itu untuk masuk SMA pun sudah di lalui, dan dimulailai babak baru kehidupan akedemisku.

Di awal kehidupan SMA ku, yaitu pada hari ngeliat pengumuman hasil seleksi penerimaan siswa baru, aku terkejut... ! kau tau kenapa aku terkejut ? karena nama ku ada di urutan daftar nama penghuni kelas INTI...! kalian pasti taukan cemana kondisinya yang dinamakan kelas inti itu ?! sebagian orang, bisa saja senang kalo ngeliat dirinya masuk kekelas inti. Tapi aku, aku bukannya senang,  aku malah stres...! aku malah bingung kenapa aku bisa nyemplung kesitu?

Paradigma otak jaman dulu ku sama seperti yang di pahami oleh semua temen-temen ku. Saat itu, kami menganut paham dan paradigma primitif bahwa anak-anak kelas inti adalah anak-anak cangih ber-otak jenius dengan intel core i7  tertanam di dalam kepalanya, kelas inti adalah kelas dimana calculus adalah umpan sehari-hari dan pelajar-nya jago-jago kalo buat makalah dan debat ini itu. Kesimpulannya, kelas inti adalah sarangnya para Einstein.

Aku dan temen-temen mewarisi paradigma itu bukan tanpa sejarah kawan, soalnya begini, kami punya sedikit pengalaman pahit di SMP. Dan dari pengalamn pahit di SMP inilah pola pikir kami agak terganggu dan melenceng kemana-mana. Kita balik dulu sejenak ke SMP ku ya...!?

Dulu, pas di SMP ku. Mungkin sekarang udah berubah. Ketika masaku dulu ada semacam nafas-nafas diskriminasi yang di hembuskan di kehidupan pendidikan kami. Ada semacam pembedaan antara anak-anak dari kelas inti dengan bukan kelas inti, padahal secara SPP kami bayarnya sama aja seperti mereka. Suatu hari, anak-anak dari kelas inti di jadwalkan masuk LAB. Kami, yang bukan anak kelas inti cuma ngintipin anak-anak inti  yang tengah nge-lab tersebut lewat jendela. Kasian benerkan nasib kami itu ?

Di kegiatan labolatorium itu mereka belah-belah kodok, ngeliatin jamur di roti tawar busuk melalui microscope, nggangguin amubah yang mereka lihat dari microscope lalu cengegesan bahagia bersama-sama temen-temennya. Sementara itu, di luar ruangan dingin itu, anak-anak lain yang bukan kelas inti bertumpuk-tumpuk di luar jendela melongo sambil ngiler ampir mati penasaran dengan apa yang mereka lihat. Kami melongo di sisi jendela kaca yang sengaja di buka lebar-lebar ngeliatin mereka yang terlihat seperti ilmuan itu.



Entah cemana ceritanya, kebanyakan anak-anak kelas inti memang lebih cerdas-cerdas secara akademik di bandingkan anak kelas lain.
Kelas inti adalah kelas jenius, gak sembarang orang bisa nangkring seenaknya di sono, Itulah yang kemudian meracuni paradigma ku dan temen temen tentang kemasyuran dan ketinggian budi pekerti anak-anak kelas inti. Dan sekarang, dengan kemampuanku yang seadanya, aku malah nyemplung ke kubangan kelas inti. Ketika di SMP aku terbiasa dengan kehidupan “gembala” tiba-tiba kini harus menelan kenyataan masuk ke kelas inti.

Aku stres...!

Hari-hari ku sebelum mulai sekolahpun terasa begitu tersiksa gara-gara menelan informasi-informasi beracun yang ku dengar dari temen-temen bahwa aku bakalan tersiksa, merana, dan galau kalo milih kelas itu. Sampai saatnya tiba ! hari pertama masuk sekolah sudah tiba, sudah tiba kawan-kawan ! sudah tibaa...!!! inilah hari senin yang rapi. Baju putih celana abu-abu, oh betapa dewasa nya aku, pikir ku saat itu.

Tapi, ketika sampai di sekolah. Amboi, betapa berdebar-debarnya jidad ku, rematik mendadak kumat, asam urat muncul, hatiku bingung saat melihat sekerumunan teman sekelas yang laki-laki memang berwajah Einstein dan semua yang perempuan mirip   mbak mariecurie.

kadang kulihat thomas alfa edison di pojok kelas, kadang pikiran ku pening melihat penampakan alexander graham bell yang tampaknya abis cukuran jenggot berlalu lalang di depan ku. Semua berwajah cerdas mirip ilmuan.

Aku Cuma duduk di mejaku seorang diri tertunduk layu seperti rumput semak belukar musim kemarau. Kemudian, di kerumunan alexander graham bel, einstein, darwin, dan pak mandel itu semua. Ku dongakkan kepala, kutatap langit-langit, seraya menjerit :

“Lalu, siapakah aku ini oh tuhaaaaaaaaaaaan.....” aku menjerit di dalem hati terdalem, sedalem dalem nya.

“akuuu bukan siapa-siapaaaaaa” (tiba-tiba bang feri muncul, lalu menghilang lagi. Bagi yang gak kenal sama bang feri gak usah hiraukan kaliamt ini)

----------
di kosongnya pikiran ku itu, aku Cuma mainin pulpen.

Klik... klak... klik... klak... klik... klak.....
---------
Di saat aku bengong tak sadarkan diri itu, tiba-tiba seorang siswi cantik jelita mendekati aku........

“Ya tuhan, Siapa dia ?”
“Siapa dia ... ?”
“Apakah dia ber-empati melihat wajah sedih ku ini ?”
“Siapa dia ini oh Tuhan....?”

Hatiku berdebar-debar karena dia mendekat ke arah ku, terus mendekat dengan tatapan misterius. dekat,dan terus mendekat, daaaaan Oh ya ampun, jaraknya kami hanya seujung meja, aku menatap wajahnya yang jelita, diapun menatap wajah MEJA ku, dan akhirnya dia berlalu. Oh ternyata dia mau ngobrol sama temen-temen nya yang lagi ngumpul-ngumpul di belakan kelas.

Bam...!!
banmobilpun pecah !!

Di kelas ini, aku berjumpa dengan seorang mahluk bernama taufiq ! dia yang kemudian jadi temen sebangku ku sampe akhir hayat SMA kami. Walaupun cukup pintar namun orangnya lumayan jorok, dengan kebiasaan menjijikkan yaitu ngupil !

Hii...... na’uzubillah min zalikh.

Pernah, suatu hari dia membuatku penasaran. Begini kata nya :
“ri, kamu maulihat biji ganja gak “ dia mulai memancing.
“ah, dari mana kau dapat ? mana cak liat kayak apa bentuknya?” aku mulai terkena pancing.
“nih..” ia memegang beberapa butir benda agak hijau ke coklat-coklatan yang sepertinya agak sedikit ku kenal benda itu....

Hampir saja aku menampungnya di telapak tangan ku, tapi melihat gerak geriknya yang menahan tawa aku mulai curiga besar-besaran dan mengelakkan tangan ku. Melihat reaksi ku, ia mencoba memaksa ku agar aku tetap harus memegangnya. Aku berusaha menghindar sekuat tenaga, lengan ku menjerit “toloooong” taufik terus saja memaksa, terus memaksa supaya aku harus memegang butiran itu.

Kurang ajar betul,
Naas bagi ku, aku menyentuhnya dan itu adalah upil.

Menjijikkan sekali, Biadab bukan buatan..

Bisa kau bayangkan itu kawan ? aku di paksa menyentuh upilnya yang telah ia rakit mirip biji ganja..?
Benar-benar keterlaluan.

Ngomong-ngomong, akupun mulai berkenalan dengan banyak teman-teman. Ada yang jago matematika, ada yang jago fisika, ada yang jago kimia, ada yang jago biologi, ada yang jago melukis, dan aku, aku cuma sekedaar mirip sama ayam jago. Akhirnya akupun melakukan adaptasi morfologi. Dan lama-lama aku udah mulai agak nyaman di kelas inti. Di kelas inti ini, tidak semua racun-racun informasi yang kuterima dari teman-teman semua itu benar. memang sih banyak temen-temen ku yang pinter-pinter termasuk si taufik raja sekaligus agen upil itu tadi. Dia juga anak pinter, kadang-kadang aku di ajari dia, kadang-kadang juga aku nyontek kedia dan sebaliknya, syarat dan ketentuan berlaku.

Tapi, setelah ku pikir-pikir aku tetep aja heran juga kenapa aku bisa masuk ke kelas inti. Apa karena kebetulan ya? Tapi, Kalau di pikir-pikir ya lumayanlah, setidaknya di kelas ini, aku bisa megangin aneka alat peraga fisika yang keren-keren. Jumpa sama anak-anak pinter dan berharap ketularan pinternya, akhirnya seiring berjalannya waktu akupun menikmati hidup sekelas bersama temen-temen di kelas inti.
Kemudian aku jadi agak pinter dikit.

Namun, sesuatu terjadi, di ujung ujian akhir, setiap anak kelas satu yang naik ke kelas dua akan di bagi jurusan. kalo sebagian SMA punya 3 jurusan IPA, IPS, dan BAHASA. SMA ku dulu Cuma punya dua jurusan IPA dan IPS. Dan di ujung tanduk kelas 1 SMA itu, aku dan beberapa segerombolan temen-temen termasuk si taufik terpaksa hijrah dari kelas inti menuju kelas gelap gulita di penuhi sarang laba-laba kemalasan bernama...

Jreng jreng jreng....

Kelas II IPS-2 !!

Kami di pindahkan karena nilai-nilai akedemik kami condong ke pelajaran ilmu sosial. Khusus aku, Kenapa aku bisa terjebur kedalam kawah IPS ? alasan nya sederhana saja, nilai-nilai pelajaran ilmu alam ku yang cangih nan mempesona Cuma kimia tok tok. Tapi, Itu bukanlah prestasi besar kawan. Seperti kalian rasakan di kelas 1 SMA dulu, pelajaran kimia kelas 1 Cuma dasar-dasar saja. Paling banter ngapalin unsur periodik. Kimia sesungguhnya terletak di kelas 2 dan kelas 3.

Saat kelas dua, di sekolah ku jurusan IPA punya dua kelas dan IPS punya dua kelas, II IPS 1 dan II IPS 2.

II IPS 2 yaitu kelasku saat ini adalah kelas termencekam sepanjang sejarah, letaknya di ujung. Sejajar sama anak kelas 3, di tempat yang kalo ujan agak banjir-banjir gitu, deket kandang kebo masyarakat dan terletak sedikit bersebelahan sama hutan (kebun warga maksud ku) kelas ini adalah gudang penyimpanan anak-anak terbandel di sekolah, tempat komplotan  GENG BENTO di besarkan. kelas terujung, dengan semboyan yang sudah populer di benak anak IPS sejagat yaitu : Ikatan Pelajar Santai (IPS).

Waaaaaaaaaaaah ......!
Bagaimanakah kisah kehidupan ku di dunia berikutnya ini ? jika kalian berkenan, ku harap kalian tak berkeberatan jika suatu saat kalian ku tag lagi tulisan episode ke dua dari kisah ini.


Dari teman penulismu : Mohammad Zahri.

4 comments: