Suatu senja, sepulang dari shalat magrib berjamaah di masjid al-islahiyah lambhuk, di atas tunggangan seekor kuda besi cap Supra X 125,...

Sekelumit kisah nyata tentang ketiban taik hewan


Suatu senja, sepulang dari shalat magrib berjamaah di masjid al-islahiyah lambhuk, di atas tunggangan seekor kuda besi cap Supra X 125, tentu saja masih di bulan ramadhan.

Saat itu, kebetulan aku berniat membeli lauk untuk berbuka puasa,
melewati jalanan yang rimbun, mendadak ada sesuatu yg menghujam ke arah ku, ia berwarna putih, tampaknya dari biji, sedikit berlendir dan tentu saja lembek.

aku terdiam, niat hati ingin menyentuh, tapi aku ragu, lalu ia pun tersentuh, dingin sekali, ingin sekali mata menatap, namun masih tak tega, perasaan ku tak enak, dan memang ini adalah sebuah kenyataan yg kurang enak, setelah terpegang dan terlihat tenyata itu adalah taik kelelawar, mau dongkol tapi tersadar.

kalau aku marah tentu saja sama sekali tak bermanfaat, bukan hanya pekara ketiban taik, pekara apapun di dunia ini, kita di fasilitasi 2 pilihan menanggapi kenyataan, pertama menikmati, kedua pikir saja sendiri...

saat itu aku memilih untuk menikmati,  untuk kali ini aku menghargai sang kelelawar. dan doi telah ku nobatkan sebagai kelelawar terkreatif sepanjang jalan yg pernah ada (walaopun aku ngak sempat liat mukak nya)
::kisah indah di suatu senja::

penulis : Mohammad Zahri

1 comment: